Wednesday, June 13, 2012

No need any subject

Tersenyumlah, saat seseorang yang kita pikir tak akan mungkin menyakiti kita nyatanya menggoreskan luka yang begitu dalam. Jangan marah, apalagi dendam, karena kita tidak pernah tahu alasan apa yang membuatnya menyakiti kita. Barangkali, kita memang pantas untuk diingatkan dengan cara yang keras. Atau mungkin, justru disana ia juga menyesalinya hanya karena ia tidak punya pilihan lain. Kita tidak pernah tahu. jangan pernah berpikir buruk terhadap pilihan orang lain, karena belum tentu kita memahami betul apa yang tengah dihadapinya. Hakikatnya, tidak ada seorangpun yang bisa membuat kita bersedih atau tersakiti selain diri kita sendiri, karena sedih dan sakit hati bukanlah apa yang sesungguhnya terjadi pada diri kita, melainkan apa yang kita respon terhadap kejadian yang menimpa kita. Kesedihan dan kerinduan dalam penyesalan hanya terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam yang kita izinkan.

Rasa sakit yang terus menerus dalam intensitas besar, sesungguhnya dapat membantu kita menaikkan ambang rasa sakit. Membuat kita dikebalkan terhadap rasa sakit itu sendiri. Jadi, terakhir berterimakasihlah, karena bisa jadi melalui tahap ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat. Tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang tenang. Bertarunglah, karena hidup tak akan mudah bagi setiap orang yang ingin menjadi lebih baik.

Go on, be stronger, face the world.

BERSALIN TANPA RASA TAKUT

Persalinan merupakan salah satu bagian terpenting dalam siklus kehidupan setiap wanita. Melahirkan –sebuah proses yang membawa seorang wanita menjadi seorang ibu, selalu dapat memberikan sensasi tersendiri yang tak terlupakan seumur hidup. Bagi wanita yang sebelumnya pernah melahirkan pasti setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa persalinan selalu menimbulkan pengalaman berbeda antara anak pertama dan yang kedua atau ketiga. Apalagi antara wanita yang satu dengan wanita yang lain.

Pengalaman yang sangat kasuistik ini membuktikan bahwa kesan akhir persalinan sangat tergantung pada bagaimana setiap wanita memandang dan menghadapinya. Satu kata yang amat lekat dengan persalinan adalah rasa sakit. Betul sekali, persalinan memang amat sangat dekat dengan rasa sakit. Namun sebenarnya ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara persalinan dengan rasa sakit yaitu rasa takut.

Sebetulnya secara medis, ada keterkaitan antara rasa takut dengan rasa sakit. Mulas yang timbul saat bersalin muncul akibat rangsangan hormon oksitosin terhadap otot rahim. Rasa takut dapat menyababkan tubuh meningkatkan produksi hormon stress yaitu hormon adrenalin yang dapat menambah rasa sakit yang sudah ada. Akumulasi oksitosin dan adrenalin tanpa henti dapat menyebabkan rasa sakit semakin meningkat.

Lalu bagaimana caranya meminimalisir rasa takut?

Bagian terpenting untuk memperoleh kondisi persalinan yang rileks tanpa takut adalah bila ibu bersalin telah mempersiapkan semuanya secara matang. Pendamping, penolong dan tempat serta teknik persalinan yang sebelumnya telah di diskusikan bersama pasangan dan dokter kepercayaan akan menimbulkan ketenangan tersendiri. Ketika seorang ibu melahirkan di tempat yang diinginkan, di damping oleh seseorang yang diharapkan, di tolong oleh dokter atau bidan yang sangat dipercayai dan melalui teknik yang telah di[ahami dan diyakini betul, maka persalinan akan berjalan dengan lebih menyenangkan.

Ada banyak teknik yang saat ini diperkenalkan sebagai teknik persalinan tanpa rasa sakit seperti waterbirth. Bila memilih tekink ini, mungkin ibu bersalin dapat melalui persalinan dengan lebih rileks, dan bukan berarti tanpa rasa sakit. Teknik melahirkan di dalam air hangat ini dipercaya dapat mengurangi rasa sakit karena air hangat dapat memberikan efek relaksasi di titik tertentu selama persalinan. Namun, teknik melahirkan normal biasa pun bukan berarti tak bisa dilalui dengan minim rasa sakit. Yakinlah semua dapat dilalui dengan baik, terlebih bila telah dipersiapkan secara matang.

Kecemasan yang berlebihan akan muncul bila ibu bersalin merasa tidak nyaman dengan situasi dan kondisi sekitar nya. Oleh karena itu, mempersiapkan segala sesuatunya serta memahami betul proses persalinan dan semua resikonya sangat penting dilakukan.

Kecemasan semakin meningkat ketika ibu bersalin lebih banyak tidak tahu. Lebih banyak tahu akan membuat rasa takut menjadi berkurang. Jika setiab ibu bersalin memahami apa yang sedang terjadi, mengapa dan apa yang mungkin dialami maka ibu bersalin akan memiliki keyakinan yang lebih untuk dapat melalui proses persalinan dengan baik. Oleh karena itu, selama hamil, sebaiknya lebih banyak membaca, berdiskusi dengan pasangan, dengan bidan atau dokter dan dengan sesama ibu hamil yang mungkin telah memiliki pengalaman. Jangan biarkan diri merasa cemas karena ketidak tahuan yang berkembang menjadi pikran yang tidak-tidak. Oleh karena itu, meningkatkan pengetahuan mengenai proses dan mekanisme persalinan dapat membantu dalam mengurangi kecemasan.

Saat persalinan tiba, mintalah bantuan pada pendamping persalinan. Rasa nyeri yang muncul di sekitar perut hingga pinggang dan menjalar di punggung bawah sebetulnya dapat diminimalisir dengan teknik pijat atau massase khusus. Untuk masalah ini, mintalah bantuan pada pendamping persalinan yang telah di percayai. Mintalah untuk melakukan pijatan ringan dengan menggunakan bagian permukaan tangan secara melingkar di bagian punggung dan pinggang.

Selain itu teknik pengaturan nafas juga dapat membantu mengurangi rasa sakit. Ketika rasa mulas muncul, cobalah menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut secara berulang. Teknik relaksasi ini dipercaya dapat membantu mengurangi rasa sakit dengan cara merilekskan otot-otot dan meredakan ketegangan. Ceritakanlah apa yang dirasakan dengan pendamping persalinan, tanyakan apa yang tidak dipahami pada penolong persalinan. Karena peran pendamping persalinan ini begitu penting, maka pendamping persalinan ini sebaiknya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari dan ikut memahami proses persalinan sehingga ketika pada saatnya mendampingi, ia dapat membantu meminimalisir kecemasan, bukan malah menambah kecemasan yang ada.

Persalinan dengan teknik apapun pasti tetap menimbulkan rasa sakit walaupun sedikit. Rasa sakit yang muncul selama persalinan, normalnya akan terus meningkat intensitasnya seiring pembukaan bertambah dan akan terus memuncak hingga di ambang persalinan. Bila tak siap menghadapi hal ini, sepanjang proses persalinan akan terasa sangat menyakitkan.

Oleh karena itu, hadapilah rasa sakit dengan positif, gantilah ketakutan dan bayangan buruk mengenai rasa sakit tersebut dengan harapan yang positif. Optimislah bahwa rasa sakit dalam proses melahirkan ini akan segera dilalui dengan lancar, dan bayangkanlah kebahagiaan yang akan datang sesaat lagi ketika si kecil yang telah lama dinantikan hadir di mengisi hari-hari bunda. Kekuatan pikiran ini akan sangat membantu untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan.

Meski tak dapat dihilangkan, setidaknya rasa sakit bisa dialihkan dan diminimalisir bila dihadapi dengan positif dan optimis. Perasaan positif dan optimis jauh lebih baik dibandingkan dengan teknik menghilangkan rasa sakit dengan anestesi atau obat-obatan. Meski tersedia pilihan anestesi dan obat-obatan peringan rasa sakit, sejatinya perpaduan antara tubuh dan psikologi yang telah dipersiapkan dengan baik akan mampu menghadapi rasa takut yang berkembang menjadi rasa sakit dengan lebih bijak.

Nah,  jadi, tetap tenang selama persalinan itu penting! Tenang dan santai akan membantu memperlancar dan mempercepat kemajuan persalinan. Ketika seorang ibu bersalin dapat mempertahankan tubuh seperti otot panggul dan juga mengontrol perasaan untuk tetap tenang dan relaksasi sementara hanya otot rahim saja yang berkontraksi, hal ini akan membuat rasa sakit jauh lebih berkurang dan mempercepat proses persalinan.  Ketegangan yang terjadi di mana saja di tubuh kecuali pada otot rahim, terutama di wajah dan leher akan menyebar ke otot-otot panggul yang justru akan membuat menjadi semakin sakit. Sebetulnya saat terjadi kontraksi uterus, otot panggul sebaiknya dalam kondisi yang relaks dan mengendur. Sebaliknya bila semua otot di tubuh ikut berkontraksi saat rahim berkontraksi tanpa henti, hal ini dapat menyebabkan kelelahan otot yang memicu bunda merasa lebih cepat kelelahan.
Ketenangan yang terus dipertahankan selama persalinan dapat merangsang tubuh untuk memproduksi hormon endorphin. Sebaliknya dari hormon adrenalin, hormon ini bersifat meningkatkan rasa nyaman dan bahagia serta mengurangi rasa sakit yang dirasakan. Karena itu, melatih ketenangan sangatlah penting dilakukan untuk menghadapi persalinan.
Kembali lagi bahwa persalinan, sebagai proses yang akan merubah seorang wanita menjadi seorang ibu, sebaiknya dinikmati dengan bijaksana, bukan ditakuti atau menjadi momok. Menikmati atau merasa takut, adalah pilihan setiap wanita dalam melalui saat krusial ini. Mari lebih bijak untuk menghadapi persalinan tanpa rasa takut, untuk mengurangi rasa sakit dan lebih mensyukuri proses alamiah yang luar biasa ini.

Monday, April 9, 2012

Move On

Belakangan, banyak sekali orang beramai-ramai mengkampanyekan move on lewat tulisan. Ada banyak buku beredar bertemakan move on dan sangat laris manis di pasaran. Juga banyak sosialita yang mengkampanyekan move on lewat postingannya di twitter, simpel tapi aplikatif untuk pembaca. Move on memang sedang naik daun, tapi kenapa bisa ya? Apakah karena terlalu banyak orang yang hari ini putus cinta?

Putus cinta memang seringkali di dramatisir sehingga terdengar begitu menyedihkan dan seperti sirine berakhirnya keceriaan dalam hidup kita. Memang, separated is never be easy for everyone who still keep their love. Seperti kata Usher dalam lagunya, "It's sad but now we gotta say goodbye......can't say we didn't try to make it work for you and I, I know it hurts so much but it's best for us.." Terkadang, perpisahan dipilih setelah mencoba berbagai cara untuk bertahan dan tetap tidak berhasil. Perpisahan memang selalu menjadi cara terakhir, hampir selalu disepakati oleh kedua pihak, tapi juga selalu meninggalkan luka yang amat dalam.

Memang nggak mudah kok menjalani itu. Apalagi ketika kebersamaan sudah dibangun terlalu lama, sampai-sampai every single thing has their own story obut him or her. Dari buka mata sampai menutup mata, semuanya masih tentang dia. Pin ATM, password email, semuanya tanggal lahir dia atau tanggal jadian. Foto di dompet, di figura, semuanya foto sama dia. Isi media card handphone foto2 sama dia, kontak bbm masih menyimpan history chat bersama dia. Laptop wallpapernya masih sama dia, baju, tas, sepatu dibeli sama-sama dia. Semuanya, every single thing. Bahkan kita hampir seperti tidak punya ruang dimana tidak ada dia. Lalu pertanyaannya, kalau mau move on harus dimulai dari mana?

Jawabannya, dari niat diri sendiri. Make it simple, bahwa melupakan seseorang yang sudah begitu melekatnya dengan hidup kita, hampir serupa dengan mengganti aktifitas. Tak ada bedanya saat kita harus meninggalkan SD dengan segala kenangannya dan lanjut ke SMP, lalu meninggalkan lagi dan melanjut ke SMA, kuliah dan mulai kerja. Atau dari satu tempat kerja dengan segala rutinitas, rekanan dan segala hal nya ke tempat kerja yang baru. Buat tagline, bahwa semuanya pasti berlalu dan buat pertanyaan retorik, mana mungkin bisa tidak berlalu?

Meski menyakitkan, melepaskan sebuah kenangan itu adalah bagian dari pembelajaran dalam hidup. Belajar ikhlas itu memang bukan main dahsyatnya (baca:sakitnya). Tapi, Allah  pasti memberikan ujian untuk manusia untuk membuat kita berpikir lebih, berusaha lebih lebih dan bertindak lebih lebih lebih lagi, untuk menjadi sesosok manusia yang lebih lebih lebih lebih baik.

Move on bukan tentang mengganti seseorang dengan kehadiran seseorang yang baru. Tapi tentang bagaimana mengikhlaskan seseorang dan segala yang pernah kita miliki bersamanya, lalu tetap tersenyum, membuka jendela, membuka mata untuk setiap harapan-harapan baru di kehidupan yang baru, yang lebih baik.

Move on memang sangat tidak mudah, tapi juga  tidak juara tersulit. :)

Friday, June 10, 2011

Monolog

Ini sudah lembaran to do list kesekian yang aku ingkari sendiri... Membacanya membuatku tiba-tiba saja ingin bicara dengan diri sendiri.. Biasanya, kita akan lebih pintar menasihati orang lain bukan? Maka kini aku ingin menganggapku orang lain, lalu berbicara padanya.

Ana, apa kamu tahu betapa banyak waktu yang kau buang percuma? Dari hari ke hari, jam demi jam, menit ke menit, detik demi detik... Rangkailah kembali ingatanmu lalu lihatlah apa yang sudah kau perbuat terhadap 2 hal besar dalam hidupmu: harapan orang tuamu dan mimpimu sendiri.

Aku tahu mungkin ini adalah salah satu waktu paling berat dalam hidupmu. Ketika kamu berada diujung masa kuliahmu, menghadapi begitu banyak tuntutan, deadline, apalagi dengan pilihan yang kamu pilih ini. Tapi apakah karena semua kesulitan itu lantas kamu berhak lari dan bersembunyi? apakah kemudian kamu boleh mengeluh kemudian merasa lelah dan bosan dengan rutinitas dan tuntutan itu? Apakah kamu bisa membiarkan penat di kepalamu itu membuat suasana menjadi begitu keruh? Tidak kan? Maka dari itu, mulailah bangkit dari jatuhmu. Mulai lah bergerak dari kemalasanmu.

Hey, putri kedua dari orang tua sempurna, kamu sebetulnya patut berbangga dengan harapan yang ditanam beliau-beliau itu sejak dulu terhadapmu. ketika mungkin ayah ibumu merencanakan hal yang besar akan hidupmu, maka sebetulnya mereka menganggapmu mampu memenuhi harapan itu. Sulit? betul sekali, sulit, tapi apakah dukungan, doa, dan prinsip yang mereka tanam selama ini tidak cukup membuatmu mengerti bahwa hari ini kamu adalah harapan mereka, apakah besok kamu ingin mematahkan harapan itu? tidak kan? maka dari itu, bukalah matamu, bayangkan wajah mereka, mulailah susun kembali mimpi-mimpi itu buat mereka.

Ana Wardatul Jannah, perempuan pemalas, pengulang-ulang kesalahan, wanita penuh teloransi terhadap diri sendiri, mau sampai kapan kamu begini? Bermimpi begitu tinggi sambil terus menunda kewajiban, berkhayal akan kebahagiaan sambil melupakan keharusan... Berkacalah, seandainya berkaca bisa menunjukkan rentetan dosamu sejak dulu, mungkin akan banyak orang memakimu karena kebodohanmu. Berkacalah dahulu, sebentar saja, lihat apa yang sudah kamu perbuat pada mimpimu. Sudah cukup? Sudah cukup menangisnya? Sudah habis airmata penyesalannya?

Sudah?
Kalau sudah, sekarang akan aku beritahu satu hal. Mungkin kamu tidak pernah tahu, bahwa didalam dirimu tertanam kemauan dan semangat yang besar, namun kamu tidak cukup sering menggunakannya dengan baik. Kamu sejak kecil begitu cerdas, namun begitu dewasa kamu tidak sadar akan hal itu, lalu lebih sering membiarkan dirimu tampak bodoh begitu saja. Aku tau kamu begitu mencintai orang tuamu lebih dari siapapun, bahkan  matamu tiba-tiba akan basah saat sedikit saja seseorang bicara tentang betapa mereka luar biasa. Kamu malu, kamu malu terhadap mereka, terhadap rasa bangga mereka yang tidak pernah berkurang terhadapmu. iya kan? aku tahu kamu bisa jadi luar biasa ketika kamu mau bergerak dan mengeluarkan semua apa yang kamu miliki. namun kini kamu tampak begitu terpuruk. Kembali berkacalah.

Apa yang kau lihat?
Aku melihat semangat.
Aku akan bangun, bangkit dan merajut 2 hal besar dalam hidupku: harapan orangtuaku dan tentunya, mimpiku sendiri.

Tuesday, May 31, 2011

My life crisis

Lama ngga ngisi blog... Tapi sebenernya belakangan ini berkali-kali buka blog, menatap layar kosong 'new entry', tapi nihil. Gue mulai kehilangan cara untuk menulis lagi. Siaaaal.

But ya I'm trying eniwey.

Actually, belakangan ini gue sedang merasa tidak terlalu baik. Gue mencoba mencari alasan mengapa demikian, tapi yang gue temukan hanyalah rentetan rutinitas yang tiada ujungnya. Gue pikir, mungkin ini dia penyebabnya. For God sake, rutinitas ini hampi membunuh gue. Oh tidak, rasanya seperti menyayat-nyayat punggung gue, lalu menghisap darah gue perlahan-lahan seperti yang dilakukan Wirth dalam film Creek, lalu membiarkan gue hampir mati kehabisan darah. Dengan perumpamaan sangat lebay itu, i can say that I'm dying now.

Gue enggak tau pasti ya, apakah ini wajar atau enggak untuk gue rasakan. Secara, ini memang kehidupan gue sekarang, kuliah dan praktek yang begitu menyiksa, dan mungkin sampai nanti, setelah gue lulus kuliah, karena ini memang pilihan hidup gue. Setidaknya gue baru akan mendapat jeda setelah 1-2 bulan kedepan. Iya, gue hanya mengharapkan jeda. Jeda yang tidak terlalu banyak, tapi berkualitas. Tapi apakah iya hidup harus selalu ada jeda? Seseorang pernah bilang sama gue, bahwa hidup harus terus berjalan tanpa jeda, karena break atau jeda dalam hidup adalah mati, nanti setelah mati ya lanjut lagi dengan kehidupan berikutnya. Benar, gue mengakui, that's why, all i have to do is ensure my self about this choice for my liife. This is what i call as 'quarter life crisis'.

Gue dalam hitungan bulan, akan segera menghadapi kehidupan keras diluar panci bertekanan yang gue huni hampir tiga tahun ini. Panci bertekanan ini akan segera terbuka dan membuang gue ke dunia luar yang sebenarnya. Yang mungkin saja, tekanannya akan lebih besar dan pastinya unpredictable. Tidak ada yang tahu gue akan jadi apa disana.

Hidup yang sesungguhnya tampaknya tidak mudah ya, dunia sekolah yang membuat gue seperti berada dalam balon udara menerbangkan gue ke awang-awang, dunia kuliah yang bagaikan menggodok gue dalam panci bertekanan terduga, rasanya bukan apa-apa bila dibandingkan dunia yang tidak ada batasnya itu. Menerbangkan gue tanpa balon, menjatuhkan aku tanpa alas, menggodok gue tanpa dinding, ya tanpa batas. Gue sih masih bergidik membayangkannya. Tapi in my deepest heart, in my point of my mind, gue yakin gue bisa hidup didalamnya. Semuanya sudah dipersiapkan sejak lama, saat ini adalah finishing touch. Anggaplah begitu. Gue hanya bisa berkata pada diri gue, bukan jeda yang gue butuhkan, tapi keyakinan yang lebih dan lebih lagi bahwa jalan gue itu cerah. Gue butuh kecerdasan lagi dan lagi, kejelian lebih banyak lagi untuk melihat siapa diri gue sebenarnya dan langkah mana yang akan gue ambil pertama kali setelah gue di launching ke dunia sesungguhnya itu.

Gue tidak pernah membayangkan, wisuda yang gue tunggu-tunggu, adalah bahagia yang menyertai awal yang tidak pernah gue tau bagaimana akhirnya. Tapi yakinlah, rencanakan yang terbaik, berusaha sekuatnya, bekerja sebaik-baiknya, dan berdoa setulus-tulusnya. DIA melihat usaha kita, DIA mendengar doa-doa dan mimpi kita. SEMANGAT MAHASISWA TINGKAT AKHIR!!

No need any subject

Tersenyumlah, saat seseorang yang kita pikir tak akan mungkin menyakiti kita nyatanya menggoreskan luka yang begitu dalam. Jangan marah, apalagi dendam, karena kita tidak pernah tahu alasan apa yang membuatnya menyakiti kita. Barangkali, kita memang pantas untuk diingatkan dengan cara yang keras. Atau mungkin, justru disana ia juga menyesalinya hanya karena ia tidak punya pilihan lain. Kita tidak pernah tahu. jangan pernah berpikir buruk terhadap pilihan orang lain, karena belum tentu kita memahami betul apa yang tengah dihadapinya. Hakikatnya, tidak ada seorangpun yang bisa membuat kita bersedih atau tersakiti selain diri kita sendiri, karena sedih dan sakit hati bukanlah apa yang sesungguhnya terjadi pada diri kita, melainkan apa yang kita respon terhadap kejadian yang menimpa kita. Kesedihan dan kerinduan dalam penyesalan hanya terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam yang kita izinkan.

Rasa sakit yang terus menerus dalam intensitas besar, sesungguhnya dapat membantu kita menaikkan ambang rasa sakit. Membuat kita dikebalkan terhadap rasa sakit itu sendiri. Jadi, terakhir berterimakasihlah, karena bisa jadi melalui tahap ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat. Tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang tenang. Bertarunglah, karena hidup tak akan mudah bagi setiap orang yang ingin menjadi lebih baik.

Go on, be stronger, face the world.

BERSALIN TANPA RASA TAKUT

Persalinan merupakan salah satu bagian terpenting dalam siklus kehidupan setiap wanita. Melahirkan –sebuah proses yang membawa seorang wanita menjadi seorang ibu, selalu dapat memberikan sensasi tersendiri yang tak terlupakan seumur hidup. Bagi wanita yang sebelumnya pernah melahirkan pasti setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa persalinan selalu menimbulkan pengalaman berbeda antara anak pertama dan yang kedua atau ketiga. Apalagi antara wanita yang satu dengan wanita yang lain.

Pengalaman yang sangat kasuistik ini membuktikan bahwa kesan akhir persalinan sangat tergantung pada bagaimana setiap wanita memandang dan menghadapinya. Satu kata yang amat lekat dengan persalinan adalah rasa sakit. Betul sekali, persalinan memang amat sangat dekat dengan rasa sakit. Namun sebenarnya ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara persalinan dengan rasa sakit yaitu rasa takut.

Sebetulnya secara medis, ada keterkaitan antara rasa takut dengan rasa sakit. Mulas yang timbul saat bersalin muncul akibat rangsangan hormon oksitosin terhadap otot rahim. Rasa takut dapat menyababkan tubuh meningkatkan produksi hormon stress yaitu hormon adrenalin yang dapat menambah rasa sakit yang sudah ada. Akumulasi oksitosin dan adrenalin tanpa henti dapat menyebabkan rasa sakit semakin meningkat.

Lalu bagaimana caranya meminimalisir rasa takut?

Bagian terpenting untuk memperoleh kondisi persalinan yang rileks tanpa takut adalah bila ibu bersalin telah mempersiapkan semuanya secara matang. Pendamping, penolong dan tempat serta teknik persalinan yang sebelumnya telah di diskusikan bersama pasangan dan dokter kepercayaan akan menimbulkan ketenangan tersendiri. Ketika seorang ibu melahirkan di tempat yang diinginkan, di damping oleh seseorang yang diharapkan, di tolong oleh dokter atau bidan yang sangat dipercayai dan melalui teknik yang telah di[ahami dan diyakini betul, maka persalinan akan berjalan dengan lebih menyenangkan.

Ada banyak teknik yang saat ini diperkenalkan sebagai teknik persalinan tanpa rasa sakit seperti waterbirth. Bila memilih tekink ini, mungkin ibu bersalin dapat melalui persalinan dengan lebih rileks, dan bukan berarti tanpa rasa sakit. Teknik melahirkan di dalam air hangat ini dipercaya dapat mengurangi rasa sakit karena air hangat dapat memberikan efek relaksasi di titik tertentu selama persalinan. Namun, teknik melahirkan normal biasa pun bukan berarti tak bisa dilalui dengan minim rasa sakit. Yakinlah semua dapat dilalui dengan baik, terlebih bila telah dipersiapkan secara matang.

Kecemasan yang berlebihan akan muncul bila ibu bersalin merasa tidak nyaman dengan situasi dan kondisi sekitar nya. Oleh karena itu, mempersiapkan segala sesuatunya serta memahami betul proses persalinan dan semua resikonya sangat penting dilakukan.

Kecemasan semakin meningkat ketika ibu bersalin lebih banyak tidak tahu. Lebih banyak tahu akan membuat rasa takut menjadi berkurang. Jika setiab ibu bersalin memahami apa yang sedang terjadi, mengapa dan apa yang mungkin dialami maka ibu bersalin akan memiliki keyakinan yang lebih untuk dapat melalui proses persalinan dengan baik. Oleh karena itu, selama hamil, sebaiknya lebih banyak membaca, berdiskusi dengan pasangan, dengan bidan atau dokter dan dengan sesama ibu hamil yang mungkin telah memiliki pengalaman. Jangan biarkan diri merasa cemas karena ketidak tahuan yang berkembang menjadi pikran yang tidak-tidak. Oleh karena itu, meningkatkan pengetahuan mengenai proses dan mekanisme persalinan dapat membantu dalam mengurangi kecemasan.

Saat persalinan tiba, mintalah bantuan pada pendamping persalinan. Rasa nyeri yang muncul di sekitar perut hingga pinggang dan menjalar di punggung bawah sebetulnya dapat diminimalisir dengan teknik pijat atau massase khusus. Untuk masalah ini, mintalah bantuan pada pendamping persalinan yang telah di percayai. Mintalah untuk melakukan pijatan ringan dengan menggunakan bagian permukaan tangan secara melingkar di bagian punggung dan pinggang.

Selain itu teknik pengaturan nafas juga dapat membantu mengurangi rasa sakit. Ketika rasa mulas muncul, cobalah menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut secara berulang. Teknik relaksasi ini dipercaya dapat membantu mengurangi rasa sakit dengan cara merilekskan otot-otot dan meredakan ketegangan. Ceritakanlah apa yang dirasakan dengan pendamping persalinan, tanyakan apa yang tidak dipahami pada penolong persalinan. Karena peran pendamping persalinan ini begitu penting, maka pendamping persalinan ini sebaiknya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari dan ikut memahami proses persalinan sehingga ketika pada saatnya mendampingi, ia dapat membantu meminimalisir kecemasan, bukan malah menambah kecemasan yang ada.

Persalinan dengan teknik apapun pasti tetap menimbulkan rasa sakit walaupun sedikit. Rasa sakit yang muncul selama persalinan, normalnya akan terus meningkat intensitasnya seiring pembukaan bertambah dan akan terus memuncak hingga di ambang persalinan. Bila tak siap menghadapi hal ini, sepanjang proses persalinan akan terasa sangat menyakitkan.

Oleh karena itu, hadapilah rasa sakit dengan positif, gantilah ketakutan dan bayangan buruk mengenai rasa sakit tersebut dengan harapan yang positif. Optimislah bahwa rasa sakit dalam proses melahirkan ini akan segera dilalui dengan lancar, dan bayangkanlah kebahagiaan yang akan datang sesaat lagi ketika si kecil yang telah lama dinantikan hadir di mengisi hari-hari bunda. Kekuatan pikiran ini akan sangat membantu untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan.

Meski tak dapat dihilangkan, setidaknya rasa sakit bisa dialihkan dan diminimalisir bila dihadapi dengan positif dan optimis. Perasaan positif dan optimis jauh lebih baik dibandingkan dengan teknik menghilangkan rasa sakit dengan anestesi atau obat-obatan. Meski tersedia pilihan anestesi dan obat-obatan peringan rasa sakit, sejatinya perpaduan antara tubuh dan psikologi yang telah dipersiapkan dengan baik akan mampu menghadapi rasa takut yang berkembang menjadi rasa sakit dengan lebih bijak.

Nah,  jadi, tetap tenang selama persalinan itu penting! Tenang dan santai akan membantu memperlancar dan mempercepat kemajuan persalinan. Ketika seorang ibu bersalin dapat mempertahankan tubuh seperti otot panggul dan juga mengontrol perasaan untuk tetap tenang dan relaksasi sementara hanya otot rahim saja yang berkontraksi, hal ini akan membuat rasa sakit jauh lebih berkurang dan mempercepat proses persalinan.  Ketegangan yang terjadi di mana saja di tubuh kecuali pada otot rahim, terutama di wajah dan leher akan menyebar ke otot-otot panggul yang justru akan membuat menjadi semakin sakit. Sebetulnya saat terjadi kontraksi uterus, otot panggul sebaiknya dalam kondisi yang relaks dan mengendur. Sebaliknya bila semua otot di tubuh ikut berkontraksi saat rahim berkontraksi tanpa henti, hal ini dapat menyebabkan kelelahan otot yang memicu bunda merasa lebih cepat kelelahan.
Ketenangan yang terus dipertahankan selama persalinan dapat merangsang tubuh untuk memproduksi hormon endorphin. Sebaliknya dari hormon adrenalin, hormon ini bersifat meningkatkan rasa nyaman dan bahagia serta mengurangi rasa sakit yang dirasakan. Karena itu, melatih ketenangan sangatlah penting dilakukan untuk menghadapi persalinan.
Kembali lagi bahwa persalinan, sebagai proses yang akan merubah seorang wanita menjadi seorang ibu, sebaiknya dinikmati dengan bijaksana, bukan ditakuti atau menjadi momok. Menikmati atau merasa takut, adalah pilihan setiap wanita dalam melalui saat krusial ini. Mari lebih bijak untuk menghadapi persalinan tanpa rasa takut, untuk mengurangi rasa sakit dan lebih mensyukuri proses alamiah yang luar biasa ini.

Move On

Belakangan, banyak sekali orang beramai-ramai mengkampanyekan move on lewat tulisan. Ada banyak buku beredar bertemakan move on dan sangat laris manis di pasaran. Juga banyak sosialita yang mengkampanyekan move on lewat postingannya di twitter, simpel tapi aplikatif untuk pembaca. Move on memang sedang naik daun, tapi kenapa bisa ya? Apakah karena terlalu banyak orang yang hari ini putus cinta?

Putus cinta memang seringkali di dramatisir sehingga terdengar begitu menyedihkan dan seperti sirine berakhirnya keceriaan dalam hidup kita. Memang, separated is never be easy for everyone who still keep their love. Seperti kata Usher dalam lagunya, "It's sad but now we gotta say goodbye......can't say we didn't try to make it work for you and I, I know it hurts so much but it's best for us.." Terkadang, perpisahan dipilih setelah mencoba berbagai cara untuk bertahan dan tetap tidak berhasil. Perpisahan memang selalu menjadi cara terakhir, hampir selalu disepakati oleh kedua pihak, tapi juga selalu meninggalkan luka yang amat dalam.

Memang nggak mudah kok menjalani itu. Apalagi ketika kebersamaan sudah dibangun terlalu lama, sampai-sampai every single thing has their own story obut him or her. Dari buka mata sampai menutup mata, semuanya masih tentang dia. Pin ATM, password email, semuanya tanggal lahir dia atau tanggal jadian. Foto di dompet, di figura, semuanya foto sama dia. Isi media card handphone foto2 sama dia, kontak bbm masih menyimpan history chat bersama dia. Laptop wallpapernya masih sama dia, baju, tas, sepatu dibeli sama-sama dia. Semuanya, every single thing. Bahkan kita hampir seperti tidak punya ruang dimana tidak ada dia. Lalu pertanyaannya, kalau mau move on harus dimulai dari mana?

Jawabannya, dari niat diri sendiri. Make it simple, bahwa melupakan seseorang yang sudah begitu melekatnya dengan hidup kita, hampir serupa dengan mengganti aktifitas. Tak ada bedanya saat kita harus meninggalkan SD dengan segala kenangannya dan lanjut ke SMP, lalu meninggalkan lagi dan melanjut ke SMA, kuliah dan mulai kerja. Atau dari satu tempat kerja dengan segala rutinitas, rekanan dan segala hal nya ke tempat kerja yang baru. Buat tagline, bahwa semuanya pasti berlalu dan buat pertanyaan retorik, mana mungkin bisa tidak berlalu?

Meski menyakitkan, melepaskan sebuah kenangan itu adalah bagian dari pembelajaran dalam hidup. Belajar ikhlas itu memang bukan main dahsyatnya (baca:sakitnya). Tapi, Allah  pasti memberikan ujian untuk manusia untuk membuat kita berpikir lebih, berusaha lebih lebih dan bertindak lebih lebih lebih lagi, untuk menjadi sesosok manusia yang lebih lebih lebih lebih baik.

Move on bukan tentang mengganti seseorang dengan kehadiran seseorang yang baru. Tapi tentang bagaimana mengikhlaskan seseorang dan segala yang pernah kita miliki bersamanya, lalu tetap tersenyum, membuka jendela, membuka mata untuk setiap harapan-harapan baru di kehidupan yang baru, yang lebih baik.

Move on memang sangat tidak mudah, tapi juga  tidak juara tersulit. :)

Monolog

Ini sudah lembaran to do list kesekian yang aku ingkari sendiri... Membacanya membuatku tiba-tiba saja ingin bicara dengan diri sendiri.. Biasanya, kita akan lebih pintar menasihati orang lain bukan? Maka kini aku ingin menganggapku orang lain, lalu berbicara padanya.

Ana, apa kamu tahu betapa banyak waktu yang kau buang percuma? Dari hari ke hari, jam demi jam, menit ke menit, detik demi detik... Rangkailah kembali ingatanmu lalu lihatlah apa yang sudah kau perbuat terhadap 2 hal besar dalam hidupmu: harapan orang tuamu dan mimpimu sendiri.

Aku tahu mungkin ini adalah salah satu waktu paling berat dalam hidupmu. Ketika kamu berada diujung masa kuliahmu, menghadapi begitu banyak tuntutan, deadline, apalagi dengan pilihan yang kamu pilih ini. Tapi apakah karena semua kesulitan itu lantas kamu berhak lari dan bersembunyi? apakah kemudian kamu boleh mengeluh kemudian merasa lelah dan bosan dengan rutinitas dan tuntutan itu? Apakah kamu bisa membiarkan penat di kepalamu itu membuat suasana menjadi begitu keruh? Tidak kan? Maka dari itu, mulailah bangkit dari jatuhmu. Mulai lah bergerak dari kemalasanmu.

Hey, putri kedua dari orang tua sempurna, kamu sebetulnya patut berbangga dengan harapan yang ditanam beliau-beliau itu sejak dulu terhadapmu. ketika mungkin ayah ibumu merencanakan hal yang besar akan hidupmu, maka sebetulnya mereka menganggapmu mampu memenuhi harapan itu. Sulit? betul sekali, sulit, tapi apakah dukungan, doa, dan prinsip yang mereka tanam selama ini tidak cukup membuatmu mengerti bahwa hari ini kamu adalah harapan mereka, apakah besok kamu ingin mematahkan harapan itu? tidak kan? maka dari itu, bukalah matamu, bayangkan wajah mereka, mulailah susun kembali mimpi-mimpi itu buat mereka.

Ana Wardatul Jannah, perempuan pemalas, pengulang-ulang kesalahan, wanita penuh teloransi terhadap diri sendiri, mau sampai kapan kamu begini? Bermimpi begitu tinggi sambil terus menunda kewajiban, berkhayal akan kebahagiaan sambil melupakan keharusan... Berkacalah, seandainya berkaca bisa menunjukkan rentetan dosamu sejak dulu, mungkin akan banyak orang memakimu karena kebodohanmu. Berkacalah dahulu, sebentar saja, lihat apa yang sudah kamu perbuat pada mimpimu. Sudah cukup? Sudah cukup menangisnya? Sudah habis airmata penyesalannya?

Sudah?
Kalau sudah, sekarang akan aku beritahu satu hal. Mungkin kamu tidak pernah tahu, bahwa didalam dirimu tertanam kemauan dan semangat yang besar, namun kamu tidak cukup sering menggunakannya dengan baik. Kamu sejak kecil begitu cerdas, namun begitu dewasa kamu tidak sadar akan hal itu, lalu lebih sering membiarkan dirimu tampak bodoh begitu saja. Aku tau kamu begitu mencintai orang tuamu lebih dari siapapun, bahkan  matamu tiba-tiba akan basah saat sedikit saja seseorang bicara tentang betapa mereka luar biasa. Kamu malu, kamu malu terhadap mereka, terhadap rasa bangga mereka yang tidak pernah berkurang terhadapmu. iya kan? aku tahu kamu bisa jadi luar biasa ketika kamu mau bergerak dan mengeluarkan semua apa yang kamu miliki. namun kini kamu tampak begitu terpuruk. Kembali berkacalah.

Apa yang kau lihat?
Aku melihat semangat.
Aku akan bangun, bangkit dan merajut 2 hal besar dalam hidupku: harapan orangtuaku dan tentunya, mimpiku sendiri.

My life crisis

Lama ngga ngisi blog... Tapi sebenernya belakangan ini berkali-kali buka blog, menatap layar kosong 'new entry', tapi nihil. Gue mulai kehilangan cara untuk menulis lagi. Siaaaal.

But ya I'm trying eniwey.

Actually, belakangan ini gue sedang merasa tidak terlalu baik. Gue mencoba mencari alasan mengapa demikian, tapi yang gue temukan hanyalah rentetan rutinitas yang tiada ujungnya. Gue pikir, mungkin ini dia penyebabnya. For God sake, rutinitas ini hampi membunuh gue. Oh tidak, rasanya seperti menyayat-nyayat punggung gue, lalu menghisap darah gue perlahan-lahan seperti yang dilakukan Wirth dalam film Creek, lalu membiarkan gue hampir mati kehabisan darah. Dengan perumpamaan sangat lebay itu, i can say that I'm dying now.

Gue enggak tau pasti ya, apakah ini wajar atau enggak untuk gue rasakan. Secara, ini memang kehidupan gue sekarang, kuliah dan praktek yang begitu menyiksa, dan mungkin sampai nanti, setelah gue lulus kuliah, karena ini memang pilihan hidup gue. Setidaknya gue baru akan mendapat jeda setelah 1-2 bulan kedepan. Iya, gue hanya mengharapkan jeda. Jeda yang tidak terlalu banyak, tapi berkualitas. Tapi apakah iya hidup harus selalu ada jeda? Seseorang pernah bilang sama gue, bahwa hidup harus terus berjalan tanpa jeda, karena break atau jeda dalam hidup adalah mati, nanti setelah mati ya lanjut lagi dengan kehidupan berikutnya. Benar, gue mengakui, that's why, all i have to do is ensure my self about this choice for my liife. This is what i call as 'quarter life crisis'.

Gue dalam hitungan bulan, akan segera menghadapi kehidupan keras diluar panci bertekanan yang gue huni hampir tiga tahun ini. Panci bertekanan ini akan segera terbuka dan membuang gue ke dunia luar yang sebenarnya. Yang mungkin saja, tekanannya akan lebih besar dan pastinya unpredictable. Tidak ada yang tahu gue akan jadi apa disana.

Hidup yang sesungguhnya tampaknya tidak mudah ya, dunia sekolah yang membuat gue seperti berada dalam balon udara menerbangkan gue ke awang-awang, dunia kuliah yang bagaikan menggodok gue dalam panci bertekanan terduga, rasanya bukan apa-apa bila dibandingkan dunia yang tidak ada batasnya itu. Menerbangkan gue tanpa balon, menjatuhkan aku tanpa alas, menggodok gue tanpa dinding, ya tanpa batas. Gue sih masih bergidik membayangkannya. Tapi in my deepest heart, in my point of my mind, gue yakin gue bisa hidup didalamnya. Semuanya sudah dipersiapkan sejak lama, saat ini adalah finishing touch. Anggaplah begitu. Gue hanya bisa berkata pada diri gue, bukan jeda yang gue butuhkan, tapi keyakinan yang lebih dan lebih lagi bahwa jalan gue itu cerah. Gue butuh kecerdasan lagi dan lagi, kejelian lebih banyak lagi untuk melihat siapa diri gue sebenarnya dan langkah mana yang akan gue ambil pertama kali setelah gue di launching ke dunia sesungguhnya itu.

Gue tidak pernah membayangkan, wisuda yang gue tunggu-tunggu, adalah bahagia yang menyertai awal yang tidak pernah gue tau bagaimana akhirnya. Tapi yakinlah, rencanakan yang terbaik, berusaha sekuatnya, bekerja sebaik-baiknya, dan berdoa setulus-tulusnya. DIA melihat usaha kita, DIA mendengar doa-doa dan mimpi kita. SEMANGAT MAHASISWA TINGKAT AKHIR!!