Tuesday, November 23, 2010

Hujan itu sedari dulu

Hujan, punya essensi yang kompleks di tiap tetesannya yang jatuh menumbuk bumi dengan begitu apa adanya. Hal itu selalu gue yakini sejak dulu, bahwa ketika ia jatuh, sesungguhnya ia baru saja menyelesaikan petualangannya berkelana dari gumpalan awan nimbostratus lalu dengan kecepatan tertentu terus meluncur mengikuti arah angin dengan ikhlas, menari-nari dengan ringan menuju takdirnya: apakah tersangkut di ranting pepohonan, atau hinggap di atap gedung bertingkat, bisa juga membasahi bulu-bulu burung yang berarak tak beratap, mungkin jatuh diatas aliran arus sekawannya di lautan, palung, sungai dan selokan atau mungkin dengan begitu mulus hanya meluncur hingga bertemu tanah. Akhir petualangan yang begitu apa adanya, yang sesungguhnya juga awal dari petualangannya yang baru: meresap ke dalam tanah, menembus pori-pori akar tanaman lalu melewati step demi step hingga ia kembali melayang di atas sana, menunggu takdirnya yang kedua kali, hingga berkali-kali.

how beautiful...

And here I am now, welcoming this lovely great rain drops. 

Gue selalu ingin menganggap misteri tentang betapa setiap kali gue melihat, mendengar apalagi menyentuh tetesan hujan, tiba-tiba ada rasa sejuk yang spontan menelusup batin. Ini mungkin semacam ikatan batin manusia dengan semesta, sebagai sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Betapa indah menyadari mereka mampu menyemangati gue dalam diamnya, dalam bisunya, dalam ketidakmampuan nya berkata-kata layaknya manusia.

Selamat datang hujan. Gue sangat suka kehujanan, kebasahan, gue suka dinginnya, gue suka hujan, gue suka hujan, gue suka hujan dan tidak akan pernah surut.


No comments:

Post a Comment

Hujan itu sedari dulu

Hujan, punya essensi yang kompleks di tiap tetesannya yang jatuh menumbuk bumi dengan begitu apa adanya. Hal itu selalu gue yakini sejak dulu, bahwa ketika ia jatuh, sesungguhnya ia baru saja menyelesaikan petualangannya berkelana dari gumpalan awan nimbostratus lalu dengan kecepatan tertentu terus meluncur mengikuti arah angin dengan ikhlas, menari-nari dengan ringan menuju takdirnya: apakah tersangkut di ranting pepohonan, atau hinggap di atap gedung bertingkat, bisa juga membasahi bulu-bulu burung yang berarak tak beratap, mungkin jatuh diatas aliran arus sekawannya di lautan, palung, sungai dan selokan atau mungkin dengan begitu mulus hanya meluncur hingga bertemu tanah. Akhir petualangan yang begitu apa adanya, yang sesungguhnya juga awal dari petualangannya yang baru: meresap ke dalam tanah, menembus pori-pori akar tanaman lalu melewati step demi step hingga ia kembali melayang di atas sana, menunggu takdirnya yang kedua kali, hingga berkali-kali.

how beautiful...

And here I am now, welcoming this lovely great rain drops. 

Gue selalu ingin menganggap misteri tentang betapa setiap kali gue melihat, mendengar apalagi menyentuh tetesan hujan, tiba-tiba ada rasa sejuk yang spontan menelusup batin. Ini mungkin semacam ikatan batin manusia dengan semesta, sebagai sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Betapa indah menyadari mereka mampu menyemangati gue dalam diamnya, dalam bisunya, dalam ketidakmampuan nya berkata-kata layaknya manusia.

Selamat datang hujan. Gue sangat suka kehujanan, kebasahan, gue suka dinginnya, gue suka hujan, gue suka hujan, gue suka hujan dan tidak akan pernah surut.