I wanna know for sure about the sense of FUTURE.
Future is mystery, at least half of me is still trying hard to find my best way in getting there. Let say, sejak kecil dulu, gue pergi ke sekolah untuk mengejar cita-cita. Kemudian melanjut ke SMP dan SMA juga dengan alasan yang belum berubah, yaitu untuk mengejar cita-cita, mendapatkan masa depan yang sesuai cita-cita. Dunia sekolah selama 12 tahun tentu mencetak dengan rapi di ruang-ruang kepala gue tentang arti cita-cita, tentang arti masa depan.
Gue sempat berkali-kali berganti cita-cita sejak kecil. Okey, mungkin ini berkaitan sangat erat dengan kompleksitas pemikiran seseorang yang berkembang terus, berbanding lurus dengan berjalannya waktu. Saat kita kecil, semuanya tampak begitu simpel, namun naif bila kita lihat ketika kita sudah dewasa. Dengan tanpa beban, seorang anak kecil dapat dengan lantang berkata: AKU INGIN JADI ASTRONOT. Baginya astronot adalah cita-citanya, dia hanya berpikir ketika ia besar nanti ia akan pergi ke bulan. But when he get mature, he will ask him self : HOW TO BE AN ASTRONOT? Ya, sederhananya, kita akan lebih berpikir mengenai 'bagaimana' ketika kita semakin dewasa.
Kompleksitas berpikir akan berkembang seiring usia -seharusnya, dan seringkali ini merepotkan. Jujur gue katakan, ketika merasa lelah dengan hari ini, gue hanya ingin menjadi little ana berusia 4 tahun yang setiap hari merasa cukup bahagia hanya dengan bermain ayunan di teras rumah, atau cukup merasa bangga dengan berhasil menggambar seorang putri di kertas kusam. Namun, kalaupun bisa, pertanyaannya adalah :haruskah gue yang sudah hampir 20 tahun ini mengalami proses pendewasaan dalam hidup gue sebanyak dua kali? Tentu saja, dengan tegas gue katakan tidak. Ketika hari ini gue merasa diri gue terlalu kurang disana-sini, merasa gue masih sangat jauh dari keberhasilan yang bahkan sederhana, ketika gue menemukan ceceran kesalahan yang gue lakukan dibelakang langkah gue, dan gue menyesali semuanya, ini adalah konsekuensi dari komitmen diri gue sendiri ketika kecil dulu bahwa gue ingin berhasil. Keberhasilan yang ketika kecil dulu tampak sangat simpel dan sederhana. Dan setelah gue dewasa, setidaknya setelah usia gue almost twenty, dengan kempleksitas pemikiran yang berkembang kemudian menemukan ketidaksempurnaan ada dimana-mana, tentu gue akan berontak, dan mempertanyakan: akan jadi apa gue? Gimana dengan masa depan gue?
Gue sempat berkali-kali ganti cita-cita sewaktu kecil. Cita-cita pertama gue adalah jadi sarjana hukum, gaya banget ya? Ini hanya influence dari bokap. Agak besar sedikit, ketika idola berubah, jadilah gue ingin menjadi guru, sepeti ibunda guru yang sangat baik hati. Cita-cita ini bertahan agak cukup lama, mungkin sampai gue SMP. Ketika itu, gue mulai memahami kaitan antara cita-cita, profesi, dengan materi. Empatbelas atau limabelas tahun, waktu dimana gue mulai memahami tentang materi, uang, tentang ketika kita menjadi apa maka darisana kita akan mendapatkan apa. Secara wajar itu berkembang begitu saja, hingga gue SMA. Mungkin 3 tahun SMA adalah masa pendewasaan terkebut yang gue alami sepanjang hidup gue. Dibungkus pakaian putih-abu gue mulai mengerti bahwa bukan uang yang berada dibalik cita-cita, tapi keinginan yang kuat dalam diri kita yang akan direfleksikan kedalam masa depan kita itulah cita-cita, idealisme yang realistis, itu saja. Sederhananya, menjadi tidak masalah ketika hari itu gue bermimpi hanya menjadi seorang ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak-anaknya dan sukses mendampingi suaminya.
Sejak saat itu, gue merasa bahwa kesederhanaan arti cita-cita ketika kita kecil dulu sebenarnya tidak terlalu naif. Ini justru menunjukkan sebuah kejujuran yang mendasar, bahwa secara alamiah seseorang hanya ingin bahagia dalam kehidupannya. Bahagianya itu, mungkin dengan menjadi astronot, menjadi dokter, menjadi presiden, atau hanya menjadi ibu rumah tangga (semoga semua orang setuju untuk menghapuskan kata hanya). Dan ya memang betul, melalui jalan yang kini tengah gue tempuh, let say, hari ini gue tengah menjalani hari-hari gue sebagai mahasiswa di jurusan kebidanan, ya melalui jalan inilah gue ingin mencapai kebahagiaan itu. Bukan, cita-cita gue bukan menjadi bidan. Tapi gue ingin bahagia, dan biarlah gue meyakini bahwa jalan ini adalah rute menuju kesana.
Melalui ketidaksempurnaan yang hari ini gue temui disana-sini, menyadari berbagai kesalahan yang sudah gue bikin dengan sempurna selama 20 tahun ini, akhirnya gue menyadari bahwa menggapai cita-cita tidak semudah mencetuskannya ketika kita kecil dahulu. Pemikiran akan 'bagaimana' yang kadang agak merepotkan, sebenarnya memang di desain untuk dibangun di kepala manusia dewasa agar mereka terus berpikir dan berusaha dengan keras. Untuk gue, meskipun gue nggak pernah bercita-cita terlalu tinggi, hari ini adalah saatnya untuk do hardest untuk masa depan gue. Twenty untill twenty something, adalah usia dimana kematangan seseorang diuji, salah satunya melalui keteguhan dalam mengejar mimpi dan cita-cita untuk masa depan, dan bagaimana ia bertahan memisahkan cita-cita dengan ambisi yang kadang samar.
Jadi sebenernya apa itu masa depan? Mengapa semua orang, termasuk gue begitu sibuk mempersiapkannya dengan sesempurna mungkin? Everyone has authority to make the sense of that by their own words, tapi dimata gue, masa depan adalah saatnya gue bersyukur atas rangkaian kehidupan yang telah gue lalui, dan saat itu seharusnya cita-cita gue sudah dalam genggaman. Tapi yang terpenting adalah, future is the moment when we realize that everything's happenned in our life is our true life, and it has to be. Kejujuran kita memandang cita-cita ketika kita kecil akan membekas pada saatnya, dan setiap keringat kita yang menetes untuk langkah demi langkah dalam mengartikan kata 'bagaimana' juga akan terkenang begitu indah nanti. Percayalah, we'll get what we really deserve.
Mungkin keyakinan inilah yang harus dimiliki setiap orang yang tengah menggapai cita-citanya. Kembalilah seperti anak-anak yang begitu jujur dan sederhana dalam memandang cita-cita, masa depan dan kebahagiaan, namun dewasalah untuk mengejar itu semua yang notabene tidak mudah, dengan bijaksana, maka nanti, di masa depan yang kita kejar itu, kita akan bersyukur dan ikhlas.
No comments:
Post a Comment