Saturday, December 18, 2010

Ucapan terimakasih, baru laporan kompre :p

Tadi gue baru buka-buka contoh laporan komprehensif punya kaka tingkat gue. Buat yang ngga tau, komprehensif itu semacam laporan dari asuhan yang menyeluruh yang kita berikan kepada seorang ibu dari kehamilan 37 minggu, proses melahirkan, perawatan bayi sampai ibunya nifas 40 hari dan pemilihan KB,  syaratnya harus normal dan tidak boleh ada kelainan. Dan ini merupakan salah satu syarat kelulusan gue sebelum menyusun KTI. 

Jujur sejujur-jujurnya, gue malees banget ngebayangin musti nyusun kompre dalam 2 bulan ini. Nggak kebayang aja, dengan harus mengejar target-target persalinan yang begitu banyak, target pengambilan dan presentasi kasus ditambah target asuhan komprehensif ini, mungkin akan dengan solidnya membuat kepala gue pecah. Apalagi gue yang sekarang lagi praktik di RS, tentu kebanjiran pasien dengan sejuta kelainan, jarang banget yang normal-normal. Lalu dimana gue bisa dapet pasien hamil yang sehat-sehat ajjaaaa???



Hampir desperate, akhirnya gue membuka-buka contoh laporannyaa. Yaa, niatnya mau membangun chemistry dulu, biar tertarik dulu lah senggaknya, :p. Buka-buka lah gue laporan punya kakak tingkat gue itu, nggak ada yang menarik karena semuanya sesuai bayangan gue, malesin... Sampai akhirnya sebelum gue tutup folder kompre itu, tumben-tumbenan gue tertarik untuk membuka sebuah file bernama 'kata pengantar' Hoh, aneh kan??

Gue buka lah... Dan... disitu... tertulis...

.........  
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.    ......... sebagai Ketua Perwakilan Jurusan Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan DepKes Bandung.
2.      ........ sebagai Pembimbing lapangan RSUD .......
3.    ........   sebagai  bidan pembimbing.
4.     .........  sebagai wali tingkat jalur umum tingkat III.......
5.     .........  sebagai pembimbing dari institusi pendidikan dalam penulisan kasus komprehensif ini.
6.      Ny. .... dan keluarga yang telah bekerjasama dan bersedia memberikan informasi untuk penyusunan kasus komprehensif.
7.      Kepada Orang Tuaku tercinta, .......... yang senantiasa mendoakan setiap langkah selama ini dan dengan sabar mendampingi, makasih udah sabar dengerin curhatan ...... tiap hari selama penyusunan tugas komprhensif ini.
8.      Kakakku tersayang ....... yang slalu ngasih semangat dan menjadi sumber semangat.
9.    Rekan Mahasiswa Jalum tingkat III ...... yang selalu memberikan dukungan dan sama-sama menyemangati. Kita berjuang bersama kawan.
      ......

     Waw, jujur gue baru tau kalo kompre pake ada begituannya segala. Tapi, baca itu, gue jadi diem sebentar, kayaknya gue mulai menyadari bahwa gue semakin dekat dengan ucapan-ucapan terimakasih macam itu. Macam yang sering gue liat di skripsi-skripsi orang. Hahaha... Konyol, tapi buat gue, it's such a mysterious message to wake me up, bahwa memang gue harus segera bangun dan bekerja keras hingga akhirnya orang-orang yang gue sayangi, yang selalu berjuang buat gue selama ini, bisa membaca nama mereka terketik rapi bersanding dengan ucapan terimakasih dari gue yang sebetulnya tidak sependek itu. Surely, tidak sependek itu.

    Tiba-tiba, gue  jadi bersemangat... *tepatnya lebih bersemangat untuk menyusun ucapan-ucapan terimakasih semacam itu. :p... Ah, tapi it's not too bad, kata pengantar memang letaknya di bagian depan laporan kan? Yaaa, anggaplah ini awal yang baik untuk memulai. Selanjutnya, gue tinggal menyingsingkan lengan baju, naikin celana karena Leuwiliang becek (:p), lalu mulai cari-vari infooo, dimana gue bisa mendapatkan ibu hamil yang sehat, yang bersedia bekerja sama dengan gue, yang berbaik hati mau mempercayakan saat-saat crusial dalam hidupnya kepada gue. Mudah-mudahan semuanya lancar dan dimudahkan. Semangat!!! :)

Thursday, November 25, 2010

Minutes to mid night, a whispered lesson from God.

Pukul 11.44 pm.

Gue, beberapa menit yang lalu, terisak nggak bisa berhenti. Rasanya jengkel banget ketika bahkan gue ngga bisa berhentiin airmata yang keluar dari mata gue sendiri, mengaliri pipi gue sendiri, bahkan dampaknya menyumbat hidung gue sendiri. Gue malah dengan pasrah membiarkannya semakin tak terkendali, malah merasai ngilu yang menyesakkan entah di mana persisnya. Iya, beberapa menit yang lalu itu gue menangis.

Menangis kenapa? Gue merasa begitu kompleks, sedih, kesel, kangen, jengkel, gedek juga, tapi juga merasa bersalah... I was not sure enough, bagian mana yang mendominasi, yang gue tau, perpaduannya yang solid membuat gue merasa begitu, eeeerrrgggghhh, nggak kuat pingin nangis. Gue cuma bisa memandangi layar monitor laptop silver gue, sesekali melirik sinis pada lambang on line yang menempel mantap di sebelah nama cowok gue di page skype gue yang juga on line, dan berusaha menerima kenyataan bahwa dia, disana, mungkin juga dihadapan laptopnya, sedang tertidur. Tertidur, tepat 5 menit yang lalu, saat gue bahkan belum sempat say good night dan menatap wajahnya sekali lagi untuk meyakinkan bahwa rasa kangen gue sedikit terobati. Oh ya, tentu, gue juga menggerutu kenapa tadi skype gue sempet bermasalah, memberi jeda beberapa menit untuk gue mencoba memfix-kannya, kemudian mendapati telepon gue tidak lagi dijawab. Ya dia tidur, diagnosa pasti. I don't need any differensial diagnose.

Mulailah, secara natural, gue bermonolog dengan diri gue sendiri.
Good side    : Dia capek Na, disana udah jam 2
Bad side       : anything! Gue hanya butuh dia pamit, just say "i'm sorry i'm sleepy, may i goe bed fisrst?"
Good side    : It's okay. Just calm down...

Yayaya, lalu good side menang. Gue berusaha menerima, karena pada dasarnya gue memang mengerti keadaannya. Ini cuma tentang: gue kangen, belum sempet nutup pembicaraan dengan baik dan manis malam ini, malam yang gue tunggu-tunggu begitu lama, dan gue mendapati dia tidur dengan sangat mudah. Ya tentu saja, udah jam 2 pagi kan disana.

Gue ngerti, gue hanya butuh teman untuk bicara (baca: mencaci maki). Gue membuka friend list on chat di facebook, dan gue melihat sahabat gue disana. Hhhh, inilah bukti pertama bahwa gue harus banyak bersyukur, karena gue tidak pernah merasa benar-benar sendirian, sepanjang hidup gue. Gue lalu menceritakan apa yang lagi terjadi dengan gue. Dia dengan karakternya yang gue kenal dengan baik beberapa kali mencoba memasukkan pikiran-pikiran positif dan gue mengerti, dari awalpun gue mengerti, gue sekali lagi mengatakan ini hanya karena rasa kangen gue yang ngga tertahan, hampir tersampaikan tapi gagal karena cowok gue tertidur. Egh, bete. Setelah beberapa kalimat bijak yang juga agak menjengkelkan ia lontarkan, akhirnya dia menyerah.

Temen gue  : Sabar yaa
Gue            : Iya.. Hhhh, nanti kalo lu udah punya cewek, jangan biarin dia ngerasain apa yang gue rasain ya...
Temen gue  : Hahaha, gue masih belum bisa terbuka sama cewek...
Gue            : Iya, nanti juga ada saatnya...
Temen gue  : Iya, nanti aja, lagi stress ni gue...
Gue            : Stress kenapa? Wah tambah bikin stress dong gue..
Temen gue  : Ngga ko.. Bonyok gue...
Gue            : Kenapa...?
Temen gue  : Divorced...

Deg. Divorced....??? Lalu, sesaat dia bercerita tentang hal mengerikan tersebut.

Gue, sejujurnya, merasa ciut dan malu. Malu banget rasanya beberapa menit lalu dengan begitu emosional gue mengadu ini itu, mengatasnamakan rasa rindu sebagai masalah besar. Okey, sejujurnya itu memang masalah, tapi seharusnya tidak menjadi  besar ketika gue mampu meredamnya dengan baik. Gue terdiam sesaat, serasa melihat wajah sahabat gue itu di layar monitor, wajahnya yang tetap apa adanya dan ikhlas meski saat ini mungkin hidupnya tengah tidak baik-baik saja. Rasa miris semakin bertambah ketika ia masih bisa nge-jokes, as a trick to make me laugh. 

Inikah pelajaran hidup itu? Hal berharga yang tidak bisa di adaptasi melalui teori diatas kertas dan tidak bisa ditemukan dengan searching via internet. 

Bukti kedua, gue tidak pernah dibiarkan merasa begitu bersedih tanpa pelajaran yang kemudian menyusul. This's truely always happen to me all the time. Mungkin ini juga bukti bahwa tidak selalu hal yang menurut gue terlalu buruk adalah benar-benar hal yang begitu buruk. Ini berkaitan pula dengan copying mechanism gue yang gue akui dengan jujur, sejak dulu memang belum baik. Makanya, gue pernah terheran-heran saat ada seorang teman yang bilang bahwa mekanisme koping gue sangat baik, weww, sangat-sangat tidak. Gue berharap pendapatnya itu bukan bukti bahwa gue pandai berbohong (terutama dalam menyembunyikan apa yang sungguh-sungguh sedang gue rasa). 

Back to the point. Inilah pelajaran besar yang gue dapat seperti dengan tidak disengaja malam ini. Pelajaran hidup kesekian lewat cara yang misterius yang dapat gue simpulkan seperti ini: Manusia belajar dengan masalah. Masalah adalah seperti soal-soal ujian yang berbeda tingkat kesulitannya di tiap tingkatan. Bagi anak kelas 4 SD, soal matematika kelas 1 tentu seperti tebak-tebakan yang membosankan. Sebaliknya soal UMPTN mungkin tampak sebagai masalah yang amat rumit and couldn't be solved. Jadi, ketika gue tertegun mendengar masalah sahabat gue tadi dan melihat ketenangan yang ia tunjukkan sementara gue dengan emosional menangisi hal yang konyol, gue seperti menyadari bahwa bisa jadi kalau dipetakan saat ini gue masih duduk manis di bangku sekolah dasar dan sahabat gue itu sudah lulus jauh lebih dulu.

Ya, I have to learn more and more because I will never let these matter pass away without any wisdom. Ya karena hidup adalah belajar untuk menjadi lebih bijak dengan mengambil pelajaran di setiap masalah yang menghampiri kita, sekalipun dengan cara yang kadang menjengkelkan.


Tuesday, November 23, 2010

Hujan itu sedari dulu

Hujan, punya essensi yang kompleks di tiap tetesannya yang jatuh menumbuk bumi dengan begitu apa adanya. Hal itu selalu gue yakini sejak dulu, bahwa ketika ia jatuh, sesungguhnya ia baru saja menyelesaikan petualangannya berkelana dari gumpalan awan nimbostratus lalu dengan kecepatan tertentu terus meluncur mengikuti arah angin dengan ikhlas, menari-nari dengan ringan menuju takdirnya: apakah tersangkut di ranting pepohonan, atau hinggap di atap gedung bertingkat, bisa juga membasahi bulu-bulu burung yang berarak tak beratap, mungkin jatuh diatas aliran arus sekawannya di lautan, palung, sungai dan selokan atau mungkin dengan begitu mulus hanya meluncur hingga bertemu tanah. Akhir petualangan yang begitu apa adanya, yang sesungguhnya juga awal dari petualangannya yang baru: meresap ke dalam tanah, menembus pori-pori akar tanaman lalu melewati step demi step hingga ia kembali melayang di atas sana, menunggu takdirnya yang kedua kali, hingga berkali-kali.

how beautiful...

And here I am now, welcoming this lovely great rain drops. 

Gue selalu ingin menganggap misteri tentang betapa setiap kali gue melihat, mendengar apalagi menyentuh tetesan hujan, tiba-tiba ada rasa sejuk yang spontan menelusup batin. Ini mungkin semacam ikatan batin manusia dengan semesta, sebagai sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Betapa indah menyadari mereka mampu menyemangati gue dalam diamnya, dalam bisunya, dalam ketidakmampuan nya berkata-kata layaknya manusia.

Selamat datang hujan. Gue sangat suka kehujanan, kebasahan, gue suka dinginnya, gue suka hujan, gue suka hujan, gue suka hujan dan tidak akan pernah surut.


Saturday, November 13, 2010

Wedding syndrome :D


Mengapa di usia yang baru saja mau menginjak 20 tahun, saya dan kebanyakan orang disekitar saya entah dalam diam atau dengan cara yang frontal mulai menunjukkan kecenderungan perhatian untuk urusan 'pernikahan'?




 taken from antonrahmat.wordpress.com




I can understand when it sounds weird for another, but this is the truth which is happenning inside my community: kampus kebidanan kemenkes Bogor tercinta. *mari kawan lekaslah mengakui kenyataan ini. Banyak kemudian yang menghubungkan ini dengan kondisi psikologis yang notabene seolah dikarbit untuk lebih cepat mature ketimbang perempuan lain yang seusia, yang berkuliah di lain konsentrasi di kampus yang pasti punya khas pembentukan karakter yang berlainan pula. Pernyataan ini mungkin bisa diterima, kerena personally, I need no lie to say 'ya' about this fact. 


Untuk kebutuhan profesi, saya mengakui bahwa pembentukan karekter memang perlu. Untuk menjadi seorang bidan,  dibutuhkan kematangan yang lebih untuk mengimbangi klien yang jelas di dominasi oleh ibu-ibu, and that's why we have to be fammilier when we called as 'ibu', padahal usia kami bisa jadi masih belasan. Seorang bidan, tidak peduli berapapun usianya, mau tidak mau, mengaku atau tidak, adalah harus bisa menjadi sahabat untuk setiap ibu dengan karakter yang tidak sama, menjadi problem solver atau setidaknya menjadi pendengar yang baik untuk setiap masalah yang berbeda-beda dari klien yang tidak cuma seorang. Dengan mayoritas masalah: kurang harmonis dengan pasangan, seksualitas, sampai nggak punya uang sekalipun. 


Diatas alasan-alasan tersebut, maka pembentukan karakter ini memang dianggap perlu, dan saya rasa ini diterapkan di hampir setiap institusi yang mencetak bidan atau profesi sejenis. Berpikir dan bersikap tidak kekanak-kanakan, tidak tertawa cengengesan, berpakaian selalu rapi dan sopan, hindari jeans, bermental dewasa, memberikan jawaban solutif untuk setiap permasalahan klien, menjadi pribadi yang berwibawa dan ramah, berjalan tidak menunduk apalagi membungkuk, dan sejembreng aturan lainnya. Perkuliahan dengan seragam, mata kuliah yang sangat related dengan being a mature woman, dan model pembentukan lainnya. Tapi yang jadi masalah dan seringkali mencuat ke permukaan adalah justru side effect-nya. Betapa sulitnya ternyata menjadi balance dengan sejuta tuntutan image di usia yang sepertinya kalau melihat keluar 'rumah' kami, mereka seusia kami masih tampak begitu ringan menghadapi keseharian dengan menjadi diri sendiri yang apa adanya, tidak usah menjadi begitu dewasa  dan tua. Betapa rumitnya ternyata menjadi lurus ketika dampak dari pematangan psikologis yang berjalan begitu ngebut, pendidikan mengenai sesuatu yang begitu dewasa: pernikahan, menjadi istri, menjadi ibu dan hal-hal angker lainnya, berkejaran dengan pematangan biologis yang juga sedang meletup-letup. It feels not good actually. Seperti menjadi tua sebelum waktunya, menjadi memikirkan yang terlalu jauh sebelum saatnya. 


Memikirkan sesuatu yang tidak lain adalah: pernikahan, sebuah gerbang yang terbuka menuju kehidupan yang setiap hari kami pelajari di kelas dengan sangat teliti dan persisi. Ah, shit, jangan kira ini mudah. Racun ingin menikah cepat ini saya rasa mulai menjalar dengan cepat.


Teman satu kost-an saya contohnya, kalau saya tidak salah dengar, hampir lebih dari separuh pembicaraan dengan cowoknya di telepon adalah tentang menikah: setelah wisuda atau mungkin bisa lebih cepat? Setelah menikah tinggal dimana? Bogor, Bandung, atau bahkan Papua, tempat dimana sang pacar berdinas sebagai prajurit berloreng. Ya seputar itu. Atau contoh lain, teman saya yang lain, yang bahkan, minggu-minggu ini sudah mulai merundingkan setelan kebaya dan seragam keluarga untuk wedding party-nya. OH GOD. Tidak, tidak,  itu mungkin yang kelas beratnya. Tapi sebetulnya selain dua orang itu, banyak sekali teman yang dalam diam memikirkan untuk segera menikah setelah lulus, hal ini terkorek dengan begitu mudah saat saya hanya iseng menanyakan kapan nikah (pertanyaan yang juga menunjukkan bahwa saya sudah jadi korban), atau dari rona wajah sebagian besar isi kelas yang tiba-tiba memerah saat dosen berintermezo membahas pernikahan, motherhood, being a good wife dan sekawannya ditengah perkuliahan yang tightly related dengan topik intermezzo tersebut, seperti teknik perawatan bayi baru lahir, atau perubahan psikologis ibu hami, ibu melahirkan, kebutuhan psikologis ibu baru melahirkan, atau bahkan kuliah mengenai nutrisi ibu hamil yang kemudian berlanjut begitu panjang mengenai betapa indahnya mempersiapkan sebuah pernikahan, mempersiapkan menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu. Dan bukti lainnya adalah, topic pembicaraan favorit dikalangan teman-teman pasti adalah menikah, menjadi istri, menjadi ibu, kerjaan setelah nikah, tipe suami idaman, daaan sebagainya. Dan lagi kalau saya melihat kualitas hubungan dengan pacar-pacar mereka, ternyata jauh berbeda dengan cewek-cewek lain seusianya. Kebanyakan, hampir lebih dari sebagian rasanya sudah berorientasi untuk serius kearah menikah ketimbang hanya just for fun and just for jokes semata.

See? This is our true life day after day. Apakah lantas side effect itu jadi bad effect? Ngga juga, nggak selalu. Bahkan dunia medis sering memanfaatkan efek sedative sebagai side effect justru dari sebuah obat antialergi, dan ini tentu tidak buruk.

Menjadi matang lebih cepat, meski melalui proses karbitan, tentu bukan hal buruk. Tapi sayangnya kematangan ini seringkali hanya imitasi, kematangan kulit yang sebetulnya buahnya masih mentah. Hal ini dikhawatirkan meletupkan kebingungan, memunculkan keinginan yang tidak-tidak namun sebenarnya kedewasaan dan kesiapan belum mencapai maksimum.
Dikhawatirkan, khawatir, mengkhawatirkan, itu semua sebetulnya bukan tentang mereka, bukan teman-teman saya, tapi tentang SAYA. Inbalance dalam diri saya diperparah oleh ambisi saya sejak kecil untuk menikah muda –entah ambisi ini memperparah atau malah menolong. Ya saya harap hal tersebut membuat saya secara pribadi menjadi lebih matang, setidaknya karena ini memang ambisi saya sejak lama, bukan semata-mata produk dari pembentukan karakter.

Namun, keseimbangan itu secara natural ternyata membaik, ketika ternyata pacar saya pun begitu, tidak ingin terlalu lama membuang waktu dengan pacaran, dan hebatnya lagi, ibu saya tak hentinya akhir-akhir ini meminta secara langsung ataupun tersirat agar saya segera memikirkan ke arah sana, dan tidak berlama-lama pacaran. These things makes me feel like, for Godsake, I wanna shake this world’s hand if I could. Saya seperti berdamai dengan dunia. Ia memberikan kesempatan kepada saya, agar secara sadar mengejar ketimpangan antara letupan keinginan saya dengan kesiapan mental yang saya yakin belum baik. Agar saya segera berdamai dengan teknik pebentukan karakter dalam profesi saya yang kadang terasa begitu menghakimi.

Setiap perempuan, saya yakin dituntut menjadi dewasa lebih cepat untuk menghadapi hal-hal unpredictable dalam hidupnya. Mungkin untuk hal tersebut, saya, dan teman-teman lainnya, harus mulai berusaha menerima semua proses ini dengan juga ikut berusaha untuk menyeimbangkan inbalance tadi. Kita tidak pernah tahu, apakah menikah muda atau hal angker lainnya yang mungkin terjadi adalah karena kita yang memikirkan dan merencanakan hal tersebut terlalu cepat atau ini memang hal yang Tuhan takdirkan untuk kita. We never know, and never be allowed to know for sure. This will always be God’s bussines. :D

Thursday, November 11, 2010

Simplicity of future

I wanna know for sure about the sense of  FUTURE.

Future is mystery, at least half of me is still trying hard to find my best way in getting there. Let say, sejak kecil dulu, gue pergi ke sekolah untuk mengejar cita-cita. Kemudian melanjut ke SMP dan SMA juga dengan alasan yang belum berubah, yaitu untuk mengejar cita-cita, mendapatkan masa depan yang sesuai cita-cita. Dunia sekolah selama 12 tahun tentu mencetak dengan rapi di ruang-ruang kepala gue tentang arti cita-cita, tentang arti masa depan. 

Gue sempat berkali-kali berganti cita-cita sejak kecil. Okey, mungkin ini berkaitan sangat erat dengan kompleksitas pemikiran seseorang yang berkembang terus, berbanding lurus dengan berjalannya waktu. Saat kita kecil, semuanya tampak begitu simpel, namun naif bila kita lihat ketika kita sudah dewasa. Dengan tanpa beban, seorang anak kecil dapat dengan lantang berkata: AKU INGIN JADI ASTRONOT. Baginya astronot adalah cita-citanya, dia hanya berpikir ketika ia besar nanti ia akan pergi ke bulan. But when he get mature, he will ask him self : HOW TO BE AN ASTRONOT? Ya, sederhananya, kita akan lebih berpikir mengenai 'bagaimana' ketika kita semakin dewasa.

Kompleksitas berpikir akan berkembang seiring usia -seharusnya, dan seringkali ini merepotkan. Jujur gue katakan, ketika merasa lelah dengan hari ini, gue hanya ingin  menjadi little ana berusia 4 tahun yang setiap hari merasa cukup bahagia hanya dengan bermain ayunan di teras rumah, atau cukup merasa bangga dengan berhasil menggambar seorang putri di kertas kusam. Namun, kalaupun bisa, pertanyaannya adalah :haruskah gue yang sudah hampir 20 tahun ini mengalami proses pendewasaan dalam hidup gue sebanyak dua kali? Tentu saja, dengan tegas gue katakan tidak. Ketika hari ini gue merasa diri gue terlalu kurang disana-sini, merasa gue masih sangat jauh dari keberhasilan yang bahkan sederhana, ketika gue menemukan ceceran kesalahan yang gue lakukan dibelakang langkah gue, dan gue menyesali semuanya, ini adalah konsekuensi dari komitmen diri gue sendiri ketika kecil dulu bahwa gue ingin berhasil. Keberhasilan yang ketika kecil dulu tampak sangat simpel dan sederhana. Dan setelah gue dewasa, setidaknya setelah usia gue almost twenty, dengan kempleksitas pemikiran yang berkembang kemudian menemukan ketidaksempurnaan ada dimana-mana, tentu gue akan berontak, dan mempertanyakan: akan jadi apa gue? Gimana dengan masa depan gue?

Gue sempat berkali-kali ganti cita-cita sewaktu kecil. Cita-cita pertama gue adalah jadi sarjana hukum, gaya banget ya? Ini hanya influence dari bokap. Agak besar sedikit, ketika idola berubah, jadilah gue ingin menjadi guru, sepeti ibunda guru yang sangat baik hati. Cita-cita ini bertahan agak cukup lama, mungkin sampai gue SMP. Ketika itu, gue mulai memahami kaitan antara cita-cita, profesi, dengan materi. Empatbelas atau limabelas tahun, waktu dimana gue mulai memahami tentang materi, uang, tentang ketika kita menjadi apa maka darisana kita akan mendapatkan apa. Secara wajar itu berkembang begitu saja, hingga gue SMA. Mungkin 3 tahun SMA adalah masa pendewasaan terkebut yang gue alami sepanjang hidup gue. Dibungkus pakaian putih-abu gue mulai mengerti bahwa bukan uang yang berada dibalik cita-cita, tapi keinginan yang kuat dalam diri kita yang akan direfleksikan kedalam masa depan kita itulah cita-cita, idealisme yang realistis, itu saja. Sederhananya, menjadi tidak masalah ketika hari itu gue bermimpi  hanya menjadi  seorang ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak-anaknya dan sukses mendampingi suaminya. 

Sejak saat itu, gue merasa bahwa kesederhanaan arti cita-cita ketika kita kecil dulu sebenarnya tidak terlalu naif. Ini justru menunjukkan sebuah kejujuran yang mendasar, bahwa secara alamiah seseorang hanya ingin bahagia dalam kehidupannya. Bahagianya itu, mungkin dengan menjadi astronot, menjadi dokter, menjadi presiden, atau hanya menjadi ibu rumah tangga (semoga semua orang setuju untuk menghapuskan kata hanya). Dan ya memang betul, melalui jalan yang kini tengah gue tempuh, let say, hari ini gue tengah menjalani hari-hari gue sebagai mahasiswa di jurusan kebidanan, ya melalui jalan inilah gue ingin mencapai kebahagiaan itu. Bukan, cita-cita gue bukan menjadi bidan. Tapi gue ingin bahagia, dan biarlah gue meyakini bahwa jalan ini adalah rute menuju kesana. 

Melalui ketidaksempurnaan yang hari ini gue temui disana-sini, menyadari berbagai kesalahan yang sudah gue bikin dengan sempurna selama 20 tahun ini, akhirnya gue menyadari bahwa menggapai cita-cita tidak semudah mencetuskannya ketika kita kecil dahulu. Pemikiran akan 'bagaimana' yang kadang agak merepotkan, sebenarnya memang di desain untuk dibangun di kepala manusia dewasa agar mereka terus berpikir dan berusaha dengan keras. Untuk gue, meskipun gue nggak pernah bercita-cita terlalu tinggi, hari ini adalah saatnya untuk do hardest untuk masa depan gue. Twenty untill twenty something, adalah usia dimana kematangan seseorang diuji, salah satunya melalui keteguhan dalam mengejar mimpi dan cita-cita untuk masa depan, dan bagaimana ia bertahan memisahkan cita-cita dengan ambisi yang kadang samar.

Jadi sebenernya apa itu masa depan? Mengapa semua orang, termasuk gue begitu sibuk mempersiapkannya  dengan sesempurna mungkin? Everyone has authority to make the sense of that by their own words, tapi dimata gue, masa depan adalah saatnya gue bersyukur atas rangkaian kehidupan yang telah gue lalui, dan saat itu seharusnya cita-cita gue sudah dalam genggaman. Tapi yang terpenting adalah, future is the moment when we realize that everything's happenned in our life is our true life, and it has to be. Kejujuran kita memandang cita-cita ketika kita kecil akan membekas pada saatnya, dan setiap keringat kita yang menetes untuk langkah demi langkah dalam mengartikan kata 'bagaimana' juga akan terkenang begitu indah nanti. Percayalah, we'll get what we really deserve. 

Mungkin keyakinan inilah yang harus dimiliki setiap orang yang tengah menggapai cita-citanya. Kembalilah seperti anak-anak yang begitu jujur dan sederhana dalam memandang cita-cita, masa depan dan kebahagiaan, namun dewasalah untuk mengejar itu  semua yang notabene tidak mudah, dengan bijaksana, maka nanti, di masa depan yang kita kejar itu, kita akan bersyukur dan ikhlas. 



Tuesday, November 9, 2010

Chef Abdan Syakuura, ST... :)

Saya menemukan bakat baru dari pacar saya, yaitu memasak.

Hal ini mulai terkuak sejak dia berdomisili di Sydney, Australia. Disana karena harga masakan siap saji yang terhitung mahal dan rawan akan pork, akhirnya dia terpaksa memasak untuk memenuhi kebutuhan perutnya, mengingat dirinya harus irit dalam mengalokasikan uang sakunya. Awalnya saya sanksi setengah mati bahwa kebiasaan memasaknya itu akan bertahan lama. Saya pikir, palingan satu dua minggu dia ngga tahan dan beralih dengan beli masakan jadi yang semurah mungkin.

Seminggu berlalu, dia bercerita dengan sangat heboh tentang masakan-masakannya yang dia bilang sih rasanya enak. Walaupun masih berkisar antara olahan telur dan tumisan sederhana saja, tapi saya salut karena dia masih tetap memasak. Dia sempat mengganti status di facebooknya, isinya kurang lebih dia bercerita tentang tangannya yang bau bawang sehabis masak, dan ia menulisnya dengan bangga. Hati saya tergerak, hahaha, akhirnya saya mengirimkan beberapa resep masakan simpel yang mungkin bisa diaplikasikan disana. Ya nggak jauh dari olahan  tumisan, telur, dan daging, yang penting kebutuhan karbo, protein, mineral dan seratnya terpenuhi dengan paduan olahan yang simpel dan mudah. Sejujurnya, saya menunggu minggu depan dia menyerah dan bilang: " Sayang, aku capek masak."

Tapi lagi-lagi saya salah. Hari-hari berikutnya di minggu kedua, ketiga, keempat, bukan cuma sekali dua kali saya mendengar dia bilang : " Sayang, aku masak dulu ya, nanti aku telepon lagi", atau, " Sayang, aku kangen kamu nih..., aku baru selesai masak lho..." Hellooo, kok rajin amat pacar saya masak? Menurut dia, roommate nya memang nggak bisa masak, makanya salah satu hasil pembagian tugas di rent house nya adalah dia memasak. Tapi yang saya heran, kok dia kayak menikmati amat job barunya itu? Bahkan dia lebih sering cerita tentang masakaannya dibanding perkembangan proyek penelitiannya. Noh, saya kan jadi curiga.

Yang paling mencengangkan adalah, kemarin sore saat saya sedang tidur tiba-tiba handphone saya berbunyi, ada sms dari dia, isinya kurang lebih begini: "Yank, kalo bikin perkedel itu kentangnya direbus ya? sampe seberapa mateng?" Dalam nyawa yang masih setengah saya jadi bertanya-tanya, saya pacaran sama chef ya? Tapi sejak kapan saya putus saya pacar saya yang calon engineer itu? Saya jadi tertawa sendiri. Akhirnya saya balas agak panjang agar usahanya membuat perkedel malam itu berhasil.

Malamnya, saat lagi chat, lagi-lagi yang dia bahas adalah masakannya. Katanya, perkedelnya enak, tapi sayang bikinnya ribet. Dia juga sempet cerita bahwa tetangganya seorang French, suka banget sama perkedel bikinannya. Wew, saya mulai merasa tercengang, dan ehm, tersaingi. Secara, saya yang perempuan saja masih belum mahir-mahir amat masak. Ngejokes lah dia, nawarin saya perkedelnya itu, saya bilang saya nggak mau, karena jujur sih saya masih meragukan keenakan perkedelnya. Ah, apapun masakannya pokoknya!

Dulu sebelum dia berangkat, kesamaan keahlian kita yang selalu kita kompetisikan adalah menghabiskan makanan, berebut nasi tambahan di rumah makan padang, dan berebut sop buah Pak Ewok, tapi prediksi saya setelah dia pulang, akan ada kompetisi baru diantara kita: KOMPETISI MEMASAK! Dan sepertinya kemenangan saya terancam, mengingat keahliannya masih akan sangat terasah dalam 4 bulan kedepan. Hmm, ya sudahlah, bukan hal memalukan juga sih kalo nanti saat dia lulus sebagai engineer dia dapet ijazah tambahan sebagai chef.

Chef Abdan Syakuura, ST. Sounds good, right?

Sunday, November 7, 2010

malam dan dia.

aku suka malam dengan segala keindahannya
hening yang mencekam erat
dingin yang memeluk rapat
kantuk yang menggoda tak bisa didebat
dan lelah raga yang disangkalpun tak sempat

aku suka malam dengan segala kesunyiannya
sepi dunia tak ada nada
terbungkam mulut tak ada suara
bunyi terbekap diam tak kuasa
dan udara hanya bergesek ragu menyapa

aku suka malam, malam ini tepatnya
kukenang wajahnya 6 jam lalu
kuingat senyumnya sedikit sayu
namun mengingatnya membuatku tak sedikitpun layu
dan cintaku kepadanya penuh tanpa ragu

aku suka malam, terlebih ketika bersama dia
dia dan malam yang menyatu ditengah siluet cahaya lampu jalanan
dia dan malam yang berpadu menjadi angin yang menggebu tak tertahan
aku suka malam, dan sungguh aku cinta dia
Ditulis: Juli 2009, mengenang satu momen bersamamu dulu

Saturday, October 23, 2010

The Beautiful of Finding

Well, ini mungkin akan menjadi pekerjaan yang sulit. Karena menulis tentang cinta adalah seperti berlatih memetik senar-senar gitar, apik dengan porsi yang pas, jika terlalu rapi dan hati-hati maka essensi musikalnya akan hilang, jika tidak malah tidak akan menghasilkan melodi sempurna.

Basicly, menulis tentang cinta, tidak harus selalu musikal. Tapi entah kenapa, ada beat dan ketukan berirama menemaniku diam-diam di dalam relungku ketika aku musti menulis barisan kalimat tentang mencinta. Sehingga aku berharap, ini bukan menjadi narasi tentang bagaimana mencari, tapi aku ingin ini mampu menjadi seperti sebuah melodi yang menutur indahnya menemukan potongan hati yang disiapkan Tuhan entah di belahan mana, untuk kita tangkupkan dengan milik kita, menjadi sesuatu yang utuh.

Aku, sejujurnya, sedang jatuh cinta pada seseorang. Mungkin tepatnya sejak dulu aku sudah jatuh cinta padanya, tapi setiap hari-hari kemudian yang aku lalui bersamanya menjadi semacam kado ulangtahun yang tidak ada habisnya. Cinta yang diurainya dengan sederhana, seperti soal-soal rumit trigonometri yang tercetak rapi  di atas lembar-lembar ujian, yang membuatku selalu ingin mengisinya dengan sempurna,  tanpa cacat. Dan aku mengisinya. Menikmatinya. Hari demi hari, minggu demi minggu, sampai hari ini. Soal-soal itu merubah bentuk menjadi tantangan-tantangan menyenangkan yang musti aku taklukan. Setiap hari ia menawarkan cintanya tanpa pernah habis, membuat aku jatuh cinta kepadanya, setiap hari. Tanpa celah.

Adalah misteri bagaimana ia menemukan caranya yang prodigious itu, ia tampaknya telah menemukan kunci rahasia dari sebuah ruangan yang berisi semua hal yang aku suka. Ia tawarkan padaku hari ke hari, dan aku menerimanya. Lagi dan lagi, kemudian tak sanggup menunggu lebih lama, aku terus memintanya, dan ia memberinya lebih banyak lagi. Tapi misteri itu berlanjut, karena ternyata semua itu tak pernah ada habisnya. Tak satupun cerita legendaris tentang cinta sejati, mampu mengubur cerita tentangnya di benakku. Ia seperti penghuni bulan dan secara berkala menggali lalu membawa semua perkakasnya ke bumi, merakitnya, menjadikannya sebuah kejutan yang tak biasa.

This is what I called as, the beautiful of finding. Menemukannya adalah membuka pintu kebahagiaan. Menjabat tangannya sama saja mengucapkan selamat datang pada perjalanan menuju kesempurnaan.  Menatap matanya serupa menikmati bulan seperempat yang cahayanya bersahabat dengan retina. Menemukannya, secara definitif, adalah menemukan potongan hatiku yang Tuhan sisipkan dalam rongga dada seseorang, untuk kemudian aku tangkupkan secara rapi dengan milikku, menjadikannya sempurna.

Menemukannya adalah menyempurnakan aku. Ia membuatku tertawa bahkan untuk hal yang tidak terlalu humor. Ia membuatku berteriak keras-keras dengan bersemangat ketika diam-diam ia menuangkan bahan bakar kedalam jiwaku. Ia membuatku tertegun, ketika ia berdiri begitu dekat denganku dan membisikan dengan halus tentang rencana besar hidupnya, yang dengan begitu sederhana dan persisinya, ia ingin habiskan hanya denganku, dan memodifikasinya menjadi rencana besar hidup kami. Dan ia membuat tangisku menjadi benar-benar meleleh haru, ketika ia mempersilahkan aku terbenam dalam dirinya, mendekapku dengan wajar,  menyamakan detak jantung kami, merasakan kembang kempis nafas kami. Bersama.

Jika memang mencintai adalah menjadikan semua sempurna, aku tidak ingin kesempurnaan itu segera kurengkuh. Karena aku mencintai setiap langkah menuju kesana, aku menikmati caranya menuntunku menemukan kesempurnaan. Aku, dengan begitu mudahnya, selalu saja dibuat jatuh cinta pada caranya mencintai aku. Iitulah kesederhanaan jiwanya, memberi dan terus memberi, selalu mengulurkan tangannya dengan ringan, menyembulkan 'kado' dari balik kantong celananya, membuka tangannya untuk membiarkan aku membenamkan tubuhku kepadanya, menemaniku menyusuri langkah-langkah penuh kegilaan,dan diam-diam membersihkan satu demi satu anak tangga untuk menuju kesana. Ke suatu tempat dimana aku dan dia, selalu bermimpi bersama akan menghuninya dalam kesempurnaan yang sederhana.
 

Abdan Syakuura, semangat disana nggak boleh menipis, setelah aku pikirin pembicaraan kita semalam, aku memutuskan, aku mau dan aku akan seoptimis kamu, aku akan ikut rencana besarmu.. Jadi, there's no more reason for you to delay your homecoming..

Semoga ini adalah anak tangga kesekian untuk menuju kesana. Semoga ini salah satu caramu menuntunku menuju kesempurnaan yang sederhana itu.

Monday, October 18, 2010

Selamat Ulang Tahun, Malaikatku!

Besok, 19 Oktober, malaikatku berulang tahun.

Mungkin baginya, ini tidak akan menjadi hal yang teramat penting. Buatnya, besok hanya akan jadi hari yang biasa saja, bangun paling pagi, menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, lalu membereskan rumah. Ketika siang datang, ia akan duduk di teras rumah bersama ayah, bersenda gurau sambil ditemani secangkir kopi, disusul dengan saling mencari uban, yang mungkin saja, di setiap siang dari hari ke hari bertambah banyak jumlahnya.

Aku menghitung, besok usianya akan menjadi 46 tahun. Tidak muda lagi memang, tapi ia tetap tampak begitu cantik dimataku. Raut wajahnya yang hangat, tidak pernah berubah sejak aku mampu mengingat wajahnya untuk pertama kali sampai hari ini. Hari ini, ketika akhirnya aku sudah berjalan cukup jauh, saat aku bukan lagi Ana kecil. Saat aku bukan lagi si kecil yang setiap hari ia mandikan, ia antar ke sekolah, lalu  ia suapi makan siang. Bukan lagi Ana mungil yang menangis ketika tidak bisa mengerjakan PR matematika, atau ngambek bila tidak boleh memakai raket pembunuh nyamuk di siang hari. Ketika aku tidak lagi ingin membangunkannya begitu pagi saat ujian, memintanya membuatkan coklat panas, lalu merengek untuk ditemani belajar di sofa ruang tengah.

Malam ini, tepat ketika jari-jariku bergerak diatas keyboard laptop silverku, aku merasa ada kerinduan pada masa-masa itu. Aku rindu ia mandikan, ia suapi, ia antar ke sekeloah. Aku ingin mengulang saat-saat dimana ia membuatku menangis, tapi sekaligus membuatku mengerti bahwa siang hari adalah saatnya aku istirahat, bukan menangkapi nyamuk dengan raket stroom. Aku rindu melihatnya tertidur di pagi buta, setengah lelap di sofa gading ruang tengah, berselimut hangat, menemaniku mengerjakan satu demi satu soal untuk ujian. Aku rindu masa-masa itu. Namun, keberadaanku hari ini, disini, lebih dari separuh penyebabnya adalah, karena aku ingin membahagiakannya lebih dari apapun. Aku ingin suatu hari ia bisa tersenyum karenaku. Aku ingin segera menuntaskan episode-episode dimana airmatanya jatuh begitu saja tak tertahankan hanya karena aku, ketika amarahnya hampir meluap tak tertahankan juga karena kesalahanku.

Ibu adalah psikolog terbaik. Ia tahu bagaimana memperlakukan aku dan kedua saudaraku yang karakternya berseberangan, namun mampu membuat kami menerima sikapnya sebagai kasih sayang yang sama rata. Ia paham betul cara membangkitkan semangatku saat aku down, ia tahu cara memarahiku ketika aku keluar jalur. Ia akan menyiapkan teh manis hangat, setiap kali aku merasa mood-ku tidak baik, itu adalah bukti keahliannya membaca isi hatiku. Dan ia tahu pasti ketika aku tengah jatuh cinta, ia menafsirkan senyumku dengan persisi.

Jika aku harus bertanya kepada ayah, tentang rasa dan asa yang tumbuh bersama ibu selama 25 tahun ini, aku yakin ayah hanya akan mampu untuk diam. Karena keberadaan ibu dalam keluarga kecil kami, adalah anugerah terbesar yang bahkan tidak ada satupun kosa kata yang mampu menggambarkannya, tidak juga untaian kalimat yang teramat panjang mampu menjelaskannya. Hanya kami, orang-orang beruntung yang selalu melihatnya tersenyum setiap hari, yang bisa mengerti dalam hati akan anugrah ini.

Kalau aku besok mengucapkan selamat ulang tahun, aku yakin ia tidak akan terlalu excited. Aku yakin, sekali lagi, besok akan ia jalani seperti biasa.

Tapi bagiku, besok tetap hari yang istimewa. Karena pada dasarnya, setiap hari yang menurutnya biasa saja pun, adalah istimewa buatku. Karena aku tahu, ketika ia bangun tidur, sebelum menyiapkan sarapan, ia akan ke kamar mandi, tanpa memanaskan air, mengambil wudhu untuk shalat shubuh. Dalam shalatnya kemudian, aku tahu tak putus-putus doa yang ia panjatkan dalam sepi, untuk kesehatan bagi suami dan anak-anaknya, untuk iman yang selalu ia harap dikaruniakan kepada keluarganya, untuk kemudahan dan kelancaran bagi jalan yang ditempuh oleh anggota keluarga kecilnya, oleh suaminya: ayahku, dan oleh ketiga putrinya: aku dan kedua saudaraku. Besok, seperti tahun sebelumnya, aku yakin ibu akan bergurau dan merajuk kepada ayah, minta diberi hadiah. Tapi ketika ayah balik bertanya, ibu hanya akan terbahak lepas. Memang tidak ada yang ia inginkan, selain kebahagiaan bagi kami, keluarganya. Tidak ada yang lebih ia harapkan, selain melihat ketiga putrinya suatu hari akan memetik keberhasilan, keberhasilan yang sesungguhnya tidak rumit. Bukan kekayaan, bukan kemapanan. Ia hanya ingin kami hidup seutuhnya sesuai dengan hakikat hidup seharusnya, sesuai dengan tujuan hidup yang sudah ditetapkan.

Happy Birthday, Mom...
Selalu ada doa mengalir untuk yang terbaik untukmu..
I Love you so much...

Sunday, October 17, 2010

Perempuan, mari cerdas atasi PMS!


Buat para perempuan, merasa nggak mood atau emosional ketika menjelang haid mungkin sudah menjadi rutinitas setiap bulannya. Selain itu, bagian-bagian tubuh tertentu terasa sakit kalau tersenggol sedikit saja. Yang agak mengganggu, biasanya mulai hiper sensitif, males ngapa-ngapain, pinginnya marah-marah mulu. Nah yang terakhir ini mungkin nggak hanya dirasakan oleh perempuan, tapi juga kaum laki-laki (baca: para pacar) yang biasanya rutin kena semprot tanpa alasan yang jelas. Hmmmm, inilah yang di sebut PMS, atau premenstrual Syndrom. Yuk, mari kita cari tahu sebenarnya makhluk macam apa sih PMS itu?

Sindrom pramenstruasi (Bahasa Inggris: premenstrual syndrome, PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Gejala tersebut dapat meliputi keluhan fisiologis yang menyerang segala sistem tubuh maupun gejala psikologis yang mencetuskan masalah mental dan emosional. PMS terutama sering terjadi pada wanita dalam rentang usia 18 - 45 tahun. PMS sebagai suatu gangguan umum yang terjadi pada wanita terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi dan berdampak pada jutaan wanita selama masa reproduksi mereka.

 Penyebab pasti munculnya sindrom ini memang belum jelas, tapi faktor hormonal pada tubuh wanitalah yang dipandang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya PMS. PMS adalah akibat dari kurang sempurnanya proses ovulasi yang disebabkan ketidakseimbangan hormon. Ada sejumlah teori mengenai penyebab PMS ini, yaitu :
  • Faktor hormonal, yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
  • Estrogen Dominan (hormon estrogen yang berlebihan) yang selain karena faktor internal juga bisa karena xenoestrogen - estrogen yang berasal luar tubuh seperti produk peternakan modern, pestisida, plastik, karpet, dan lain sebagainya (Dr. John R. Lee, M.D).
  • Teori lain menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, respon PMS  disebabkan cara estrogen dan progesteron (hormon menstruasi) berinteraksi dengan senyawa kimia otak (serotonin)
  • Perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
  • Berhubungan dengan hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal / hypothyroid)  
  • Berhubungan dengan hormon pituitari, prostagalandin, dan neurotransmitter di otak
  • Karena kurang asupan vitamin B, Kalsium dan Magnesium
            Adapun faktor yang dapat meningkatkan resiko PMS adalah sebagai berikut:
  • Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima)
  • Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum)
  • Usia (PMS semakin sering dan mengganggu seiring dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun)
  • Stres
  • Terlalu banyak konsumsi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, serta makanan olahan
  • Kekurangan zat-zat gizi vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.
  • Kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Kurang olahraga dan aktivitas fisik
  • Obesitas
 Tanda dan gejala yang muncul pada kondisi sindrom pre-menstruasi berbeda pada setiap wanita. Telah diidentifikasikan ada 180 gejala umum PMS yang meliputi gejala fisik maupun psikis, tapi yang paling sering dilaporkan adalah:

Gejala Fisik

Gejala Psikis dan Tingkah Laku
  • Sakit kepala/Migrain
  • Payudara nyeri/bengkak/keras
  • Letih/lelah/lesu (Fatigue)
  • Gangguan tidur (Insomnia)
  • Perut kejang/kembung
  • Diare/sembelit
  • Sakit kepala
  • Sendi atau otot lemah/lemas
  • Sakit punggung
  • Timbul jerawat
  • Kram pada kandung kemih
  • Pembengkakan tungkai kaki dan lutut
  • Tungkai kaki/lutut membengkak
  • Berat badan naik
  • Perubahan nafsu makan, nafsu makan meningkat (khususnya jenis makanan yang manis, asin) atau menurun
  • Mudah tersinggung/marah, mood berubah-ubah
  • Menangis tiba-tiba
  • Perubahan libido
  • Konsentrasi dan daya ingat menurun
  • Cemas, depresi,  agresif
            Nah, penting untuk kita ketahui cara pencegahannya. Pencegahan PMS dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
•    Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing),   alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
•    Kurangi rokok atau berhenti merokok.
•    Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
•    Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
•    Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
•    Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
•    Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
•    Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
•    Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
      Di samping diet, ada pula beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah munculnya PMS:
•    Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
•    Menghindari dan mengatasi stres.
•    Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
•    Catat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS-nya.
            Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana cara untuk menyembuhkan PMS apabila tindakan pencegahan tidak berhasil, namun cukup banyak wanita yang dapat mengatasi PMS dengan cara mengatur pola makan mereka. Hal tersebut diyakini karena makanan dapat mempengaruhi tingkat hormon estrogen yang terkait dengan menstruasi. Selain itu, olahraga juga dapat dilakukan untuk meringankan sakit akibat kram dan meningkatkan mood. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pola makan:

Karbohidrat
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang, dan roti dapat membantu meringankan gejala PMS, terutama berkaitan dengan mood. Karbohidrat diyakini dapat meringankan PMS karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan tingkat gula darah. Hal itu menguntungkan karena ketika kadar gula darah turun, maka tubuh akan mengeluarkan adrenalin yang dapat menghentikan efektifitas hormon progesteron sehingga meringankan PMS.
Vitamin B6
Mood yang terjadi selama periode PMS disebabkan oleh menurunnya produksi hormon serotonin dan dopamine. Walaupun belum ada penelitian yang mendukung teori tersebut, diketahui bahwa wanita yang mengonsumsi vitamin B6, yang terlibat dalam produksi serotonin dan dopamine, dapat membantu proses produksi kedua hormon tersebut. Vitamin B6 dapat ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, telur, dan sereal.
Mineral
Mineral seperti seng dan magnesium sangat penting dalam produksi serotonin dan dopamine. Hormon tersebut dapat membantu meringkankan gejala PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan. Seng banyak ditemukan dalam berbagai makanan seperti seafood, sereal, gandum, dan sebagian besar makanan yang kaya protein seperti daging dan produk susu. Sedangkan magnesium ditemukan dalam kacang, ikan sarden, dan roti.
Minum air
Jika terjadi kembung selama periode PMS, sebaiknya menghindari jus buah karena jus buah dapat meragi di dalam perut dan justru akan memperburuk kondisi. Minumlah banyak air (minimal delapan gelas per hari) untuk membersihkan sistem pencernaan, menyebarkan vitamin dan mineral ke seluruh bagian tubuh, dan memproduksi enzim pencernaan yang membantu melunakkan serta memproses makanan.

      Nah ternyata, PMS juga terdiri dari beberapa tipe dengan gejala yang berbeda-beda.Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
·         PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
·         PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
·         PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
·         PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
  
     Nah, setelah tahu penyebab dan bagaimana menangani PMS, semoga perempuan bisa lebih cerdas menangani gejala fisik maupun psikologis yang sebetulnya seringkali mengganggu. Kasihan juga kalau orang-orang sekitar kita harus berhati-hati setidaknya sebulan sekali utnuk mengantisipasi perubahan mood yang tiba-tiba dari kita. Mari menjadi perempuan yang cerdas!


Sumber:
Satyanegara, Surya, Tubuh Wanita Modern. 1993. Arcan: Jakarta.
Kardu, Dini Dra, M.Kes. Solusi Problem Wanita Dewasa. 2005. Puspaswara: Depok.
http://www.hanyawanita.com/_health/article/available at:October24/2009/

Ucapan terimakasih, baru laporan kompre :p

Tadi gue baru buka-buka contoh laporan komprehensif punya kaka tingkat gue. Buat yang ngga tau, komprehensif itu semacam laporan dari asuhan yang menyeluruh yang kita berikan kepada seorang ibu dari kehamilan 37 minggu, proses melahirkan, perawatan bayi sampai ibunya nifas 40 hari dan pemilihan KB,  syaratnya harus normal dan tidak boleh ada kelainan. Dan ini merupakan salah satu syarat kelulusan gue sebelum menyusun KTI. 

Jujur sejujur-jujurnya, gue malees banget ngebayangin musti nyusun kompre dalam 2 bulan ini. Nggak kebayang aja, dengan harus mengejar target-target persalinan yang begitu banyak, target pengambilan dan presentasi kasus ditambah target asuhan komprehensif ini, mungkin akan dengan solidnya membuat kepala gue pecah. Apalagi gue yang sekarang lagi praktik di RS, tentu kebanjiran pasien dengan sejuta kelainan, jarang banget yang normal-normal. Lalu dimana gue bisa dapet pasien hamil yang sehat-sehat ajjaaaa???



Hampir desperate, akhirnya gue membuka-buka contoh laporannyaa. Yaa, niatnya mau membangun chemistry dulu, biar tertarik dulu lah senggaknya, :p. Buka-buka lah gue laporan punya kakak tingkat gue itu, nggak ada yang menarik karena semuanya sesuai bayangan gue, malesin... Sampai akhirnya sebelum gue tutup folder kompre itu, tumben-tumbenan gue tertarik untuk membuka sebuah file bernama 'kata pengantar' Hoh, aneh kan??

Gue buka lah... Dan... disitu... tertulis...

.........  
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.    ......... sebagai Ketua Perwakilan Jurusan Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan DepKes Bandung.
2.      ........ sebagai Pembimbing lapangan RSUD .......
3.    ........   sebagai  bidan pembimbing.
4.     .........  sebagai wali tingkat jalur umum tingkat III.......
5.     .........  sebagai pembimbing dari institusi pendidikan dalam penulisan kasus komprehensif ini.
6.      Ny. .... dan keluarga yang telah bekerjasama dan bersedia memberikan informasi untuk penyusunan kasus komprehensif.
7.      Kepada Orang Tuaku tercinta, .......... yang senantiasa mendoakan setiap langkah selama ini dan dengan sabar mendampingi, makasih udah sabar dengerin curhatan ...... tiap hari selama penyusunan tugas komprhensif ini.
8.      Kakakku tersayang ....... yang slalu ngasih semangat dan menjadi sumber semangat.
9.    Rekan Mahasiswa Jalum tingkat III ...... yang selalu memberikan dukungan dan sama-sama menyemangati. Kita berjuang bersama kawan.
      ......

     Waw, jujur gue baru tau kalo kompre pake ada begituannya segala. Tapi, baca itu, gue jadi diem sebentar, kayaknya gue mulai menyadari bahwa gue semakin dekat dengan ucapan-ucapan terimakasih macam itu. Macam yang sering gue liat di skripsi-skripsi orang. Hahaha... Konyol, tapi buat gue, it's such a mysterious message to wake me up, bahwa memang gue harus segera bangun dan bekerja keras hingga akhirnya orang-orang yang gue sayangi, yang selalu berjuang buat gue selama ini, bisa membaca nama mereka terketik rapi bersanding dengan ucapan terimakasih dari gue yang sebetulnya tidak sependek itu. Surely, tidak sependek itu.

    Tiba-tiba, gue  jadi bersemangat... *tepatnya lebih bersemangat untuk menyusun ucapan-ucapan terimakasih semacam itu. :p... Ah, tapi it's not too bad, kata pengantar memang letaknya di bagian depan laporan kan? Yaaa, anggaplah ini awal yang baik untuk memulai. Selanjutnya, gue tinggal menyingsingkan lengan baju, naikin celana karena Leuwiliang becek (:p), lalu mulai cari-vari infooo, dimana gue bisa mendapatkan ibu hamil yang sehat, yang bersedia bekerja sama dengan gue, yang berbaik hati mau mempercayakan saat-saat crusial dalam hidupnya kepada gue. Mudah-mudahan semuanya lancar dan dimudahkan. Semangat!!! :)

Minutes to mid night, a whispered lesson from God.

Pukul 11.44 pm.

Gue, beberapa menit yang lalu, terisak nggak bisa berhenti. Rasanya jengkel banget ketika bahkan gue ngga bisa berhentiin airmata yang keluar dari mata gue sendiri, mengaliri pipi gue sendiri, bahkan dampaknya menyumbat hidung gue sendiri. Gue malah dengan pasrah membiarkannya semakin tak terkendali, malah merasai ngilu yang menyesakkan entah di mana persisnya. Iya, beberapa menit yang lalu itu gue menangis.

Menangis kenapa? Gue merasa begitu kompleks, sedih, kesel, kangen, jengkel, gedek juga, tapi juga merasa bersalah... I was not sure enough, bagian mana yang mendominasi, yang gue tau, perpaduannya yang solid membuat gue merasa begitu, eeeerrrgggghhh, nggak kuat pingin nangis. Gue cuma bisa memandangi layar monitor laptop silver gue, sesekali melirik sinis pada lambang on line yang menempel mantap di sebelah nama cowok gue di page skype gue yang juga on line, dan berusaha menerima kenyataan bahwa dia, disana, mungkin juga dihadapan laptopnya, sedang tertidur. Tertidur, tepat 5 menit yang lalu, saat gue bahkan belum sempat say good night dan menatap wajahnya sekali lagi untuk meyakinkan bahwa rasa kangen gue sedikit terobati. Oh ya, tentu, gue juga menggerutu kenapa tadi skype gue sempet bermasalah, memberi jeda beberapa menit untuk gue mencoba memfix-kannya, kemudian mendapati telepon gue tidak lagi dijawab. Ya dia tidur, diagnosa pasti. I don't need any differensial diagnose.

Mulailah, secara natural, gue bermonolog dengan diri gue sendiri.
Good side    : Dia capek Na, disana udah jam 2
Bad side       : anything! Gue hanya butuh dia pamit, just say "i'm sorry i'm sleepy, may i goe bed fisrst?"
Good side    : It's okay. Just calm down...

Yayaya, lalu good side menang. Gue berusaha menerima, karena pada dasarnya gue memang mengerti keadaannya. Ini cuma tentang: gue kangen, belum sempet nutup pembicaraan dengan baik dan manis malam ini, malam yang gue tunggu-tunggu begitu lama, dan gue mendapati dia tidur dengan sangat mudah. Ya tentu saja, udah jam 2 pagi kan disana.

Gue ngerti, gue hanya butuh teman untuk bicara (baca: mencaci maki). Gue membuka friend list on chat di facebook, dan gue melihat sahabat gue disana. Hhhh, inilah bukti pertama bahwa gue harus banyak bersyukur, karena gue tidak pernah merasa benar-benar sendirian, sepanjang hidup gue. Gue lalu menceritakan apa yang lagi terjadi dengan gue. Dia dengan karakternya yang gue kenal dengan baik beberapa kali mencoba memasukkan pikiran-pikiran positif dan gue mengerti, dari awalpun gue mengerti, gue sekali lagi mengatakan ini hanya karena rasa kangen gue yang ngga tertahan, hampir tersampaikan tapi gagal karena cowok gue tertidur. Egh, bete. Setelah beberapa kalimat bijak yang juga agak menjengkelkan ia lontarkan, akhirnya dia menyerah.

Temen gue  : Sabar yaa
Gue            : Iya.. Hhhh, nanti kalo lu udah punya cewek, jangan biarin dia ngerasain apa yang gue rasain ya...
Temen gue  : Hahaha, gue masih belum bisa terbuka sama cewek...
Gue            : Iya, nanti juga ada saatnya...
Temen gue  : Iya, nanti aja, lagi stress ni gue...
Gue            : Stress kenapa? Wah tambah bikin stress dong gue..
Temen gue  : Ngga ko.. Bonyok gue...
Gue            : Kenapa...?
Temen gue  : Divorced...

Deg. Divorced....??? Lalu, sesaat dia bercerita tentang hal mengerikan tersebut.

Gue, sejujurnya, merasa ciut dan malu. Malu banget rasanya beberapa menit lalu dengan begitu emosional gue mengadu ini itu, mengatasnamakan rasa rindu sebagai masalah besar. Okey, sejujurnya itu memang masalah, tapi seharusnya tidak menjadi  besar ketika gue mampu meredamnya dengan baik. Gue terdiam sesaat, serasa melihat wajah sahabat gue itu di layar monitor, wajahnya yang tetap apa adanya dan ikhlas meski saat ini mungkin hidupnya tengah tidak baik-baik saja. Rasa miris semakin bertambah ketika ia masih bisa nge-jokes, as a trick to make me laugh. 

Inikah pelajaran hidup itu? Hal berharga yang tidak bisa di adaptasi melalui teori diatas kertas dan tidak bisa ditemukan dengan searching via internet. 

Bukti kedua, gue tidak pernah dibiarkan merasa begitu bersedih tanpa pelajaran yang kemudian menyusul. This's truely always happen to me all the time. Mungkin ini juga bukti bahwa tidak selalu hal yang menurut gue terlalu buruk adalah benar-benar hal yang begitu buruk. Ini berkaitan pula dengan copying mechanism gue yang gue akui dengan jujur, sejak dulu memang belum baik. Makanya, gue pernah terheran-heran saat ada seorang teman yang bilang bahwa mekanisme koping gue sangat baik, weww, sangat-sangat tidak. Gue berharap pendapatnya itu bukan bukti bahwa gue pandai berbohong (terutama dalam menyembunyikan apa yang sungguh-sungguh sedang gue rasa). 

Back to the point. Inilah pelajaran besar yang gue dapat seperti dengan tidak disengaja malam ini. Pelajaran hidup kesekian lewat cara yang misterius yang dapat gue simpulkan seperti ini: Manusia belajar dengan masalah. Masalah adalah seperti soal-soal ujian yang berbeda tingkat kesulitannya di tiap tingkatan. Bagi anak kelas 4 SD, soal matematika kelas 1 tentu seperti tebak-tebakan yang membosankan. Sebaliknya soal UMPTN mungkin tampak sebagai masalah yang amat rumit and couldn't be solved. Jadi, ketika gue tertegun mendengar masalah sahabat gue tadi dan melihat ketenangan yang ia tunjukkan sementara gue dengan emosional menangisi hal yang konyol, gue seperti menyadari bahwa bisa jadi kalau dipetakan saat ini gue masih duduk manis di bangku sekolah dasar dan sahabat gue itu sudah lulus jauh lebih dulu.

Ya, I have to learn more and more because I will never let these matter pass away without any wisdom. Ya karena hidup adalah belajar untuk menjadi lebih bijak dengan mengambil pelajaran di setiap masalah yang menghampiri kita, sekalipun dengan cara yang kadang menjengkelkan.


Hujan itu sedari dulu

Hujan, punya essensi yang kompleks di tiap tetesannya yang jatuh menumbuk bumi dengan begitu apa adanya. Hal itu selalu gue yakini sejak dulu, bahwa ketika ia jatuh, sesungguhnya ia baru saja menyelesaikan petualangannya berkelana dari gumpalan awan nimbostratus lalu dengan kecepatan tertentu terus meluncur mengikuti arah angin dengan ikhlas, menari-nari dengan ringan menuju takdirnya: apakah tersangkut di ranting pepohonan, atau hinggap di atap gedung bertingkat, bisa juga membasahi bulu-bulu burung yang berarak tak beratap, mungkin jatuh diatas aliran arus sekawannya di lautan, palung, sungai dan selokan atau mungkin dengan begitu mulus hanya meluncur hingga bertemu tanah. Akhir petualangan yang begitu apa adanya, yang sesungguhnya juga awal dari petualangannya yang baru: meresap ke dalam tanah, menembus pori-pori akar tanaman lalu melewati step demi step hingga ia kembali melayang di atas sana, menunggu takdirnya yang kedua kali, hingga berkali-kali.

how beautiful...

And here I am now, welcoming this lovely great rain drops. 

Gue selalu ingin menganggap misteri tentang betapa setiap kali gue melihat, mendengar apalagi menyentuh tetesan hujan, tiba-tiba ada rasa sejuk yang spontan menelusup batin. Ini mungkin semacam ikatan batin manusia dengan semesta, sebagai sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Betapa indah menyadari mereka mampu menyemangati gue dalam diamnya, dalam bisunya, dalam ketidakmampuan nya berkata-kata layaknya manusia.

Selamat datang hujan. Gue sangat suka kehujanan, kebasahan, gue suka dinginnya, gue suka hujan, gue suka hujan, gue suka hujan dan tidak akan pernah surut.


Wedding syndrome :D


Mengapa di usia yang baru saja mau menginjak 20 tahun, saya dan kebanyakan orang disekitar saya entah dalam diam atau dengan cara yang frontal mulai menunjukkan kecenderungan perhatian untuk urusan 'pernikahan'?




 taken from antonrahmat.wordpress.com




I can understand when it sounds weird for another, but this is the truth which is happenning inside my community: kampus kebidanan kemenkes Bogor tercinta. *mari kawan lekaslah mengakui kenyataan ini. Banyak kemudian yang menghubungkan ini dengan kondisi psikologis yang notabene seolah dikarbit untuk lebih cepat mature ketimbang perempuan lain yang seusia, yang berkuliah di lain konsentrasi di kampus yang pasti punya khas pembentukan karakter yang berlainan pula. Pernyataan ini mungkin bisa diterima, kerena personally, I need no lie to say 'ya' about this fact. 


Untuk kebutuhan profesi, saya mengakui bahwa pembentukan karekter memang perlu. Untuk menjadi seorang bidan,  dibutuhkan kematangan yang lebih untuk mengimbangi klien yang jelas di dominasi oleh ibu-ibu, and that's why we have to be fammilier when we called as 'ibu', padahal usia kami bisa jadi masih belasan. Seorang bidan, tidak peduli berapapun usianya, mau tidak mau, mengaku atau tidak, adalah harus bisa menjadi sahabat untuk setiap ibu dengan karakter yang tidak sama, menjadi problem solver atau setidaknya menjadi pendengar yang baik untuk setiap masalah yang berbeda-beda dari klien yang tidak cuma seorang. Dengan mayoritas masalah: kurang harmonis dengan pasangan, seksualitas, sampai nggak punya uang sekalipun. 


Diatas alasan-alasan tersebut, maka pembentukan karakter ini memang dianggap perlu, dan saya rasa ini diterapkan di hampir setiap institusi yang mencetak bidan atau profesi sejenis. Berpikir dan bersikap tidak kekanak-kanakan, tidak tertawa cengengesan, berpakaian selalu rapi dan sopan, hindari jeans, bermental dewasa, memberikan jawaban solutif untuk setiap permasalahan klien, menjadi pribadi yang berwibawa dan ramah, berjalan tidak menunduk apalagi membungkuk, dan sejembreng aturan lainnya. Perkuliahan dengan seragam, mata kuliah yang sangat related dengan being a mature woman, dan model pembentukan lainnya. Tapi yang jadi masalah dan seringkali mencuat ke permukaan adalah justru side effect-nya. Betapa sulitnya ternyata menjadi balance dengan sejuta tuntutan image di usia yang sepertinya kalau melihat keluar 'rumah' kami, mereka seusia kami masih tampak begitu ringan menghadapi keseharian dengan menjadi diri sendiri yang apa adanya, tidak usah menjadi begitu dewasa  dan tua. Betapa rumitnya ternyata menjadi lurus ketika dampak dari pematangan psikologis yang berjalan begitu ngebut, pendidikan mengenai sesuatu yang begitu dewasa: pernikahan, menjadi istri, menjadi ibu dan hal-hal angker lainnya, berkejaran dengan pematangan biologis yang juga sedang meletup-letup. It feels not good actually. Seperti menjadi tua sebelum waktunya, menjadi memikirkan yang terlalu jauh sebelum saatnya. 


Memikirkan sesuatu yang tidak lain adalah: pernikahan, sebuah gerbang yang terbuka menuju kehidupan yang setiap hari kami pelajari di kelas dengan sangat teliti dan persisi. Ah, shit, jangan kira ini mudah. Racun ingin menikah cepat ini saya rasa mulai menjalar dengan cepat.


Teman satu kost-an saya contohnya, kalau saya tidak salah dengar, hampir lebih dari separuh pembicaraan dengan cowoknya di telepon adalah tentang menikah: setelah wisuda atau mungkin bisa lebih cepat? Setelah menikah tinggal dimana? Bogor, Bandung, atau bahkan Papua, tempat dimana sang pacar berdinas sebagai prajurit berloreng. Ya seputar itu. Atau contoh lain, teman saya yang lain, yang bahkan, minggu-minggu ini sudah mulai merundingkan setelan kebaya dan seragam keluarga untuk wedding party-nya. OH GOD. Tidak, tidak,  itu mungkin yang kelas beratnya. Tapi sebetulnya selain dua orang itu, banyak sekali teman yang dalam diam memikirkan untuk segera menikah setelah lulus, hal ini terkorek dengan begitu mudah saat saya hanya iseng menanyakan kapan nikah (pertanyaan yang juga menunjukkan bahwa saya sudah jadi korban), atau dari rona wajah sebagian besar isi kelas yang tiba-tiba memerah saat dosen berintermezo membahas pernikahan, motherhood, being a good wife dan sekawannya ditengah perkuliahan yang tightly related dengan topik intermezzo tersebut, seperti teknik perawatan bayi baru lahir, atau perubahan psikologis ibu hami, ibu melahirkan, kebutuhan psikologis ibu baru melahirkan, atau bahkan kuliah mengenai nutrisi ibu hamil yang kemudian berlanjut begitu panjang mengenai betapa indahnya mempersiapkan sebuah pernikahan, mempersiapkan menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu. Dan bukti lainnya adalah, topic pembicaraan favorit dikalangan teman-teman pasti adalah menikah, menjadi istri, menjadi ibu, kerjaan setelah nikah, tipe suami idaman, daaan sebagainya. Dan lagi kalau saya melihat kualitas hubungan dengan pacar-pacar mereka, ternyata jauh berbeda dengan cewek-cewek lain seusianya. Kebanyakan, hampir lebih dari sebagian rasanya sudah berorientasi untuk serius kearah menikah ketimbang hanya just for fun and just for jokes semata.

See? This is our true life day after day. Apakah lantas side effect itu jadi bad effect? Ngga juga, nggak selalu. Bahkan dunia medis sering memanfaatkan efek sedative sebagai side effect justru dari sebuah obat antialergi, dan ini tentu tidak buruk.

Menjadi matang lebih cepat, meski melalui proses karbitan, tentu bukan hal buruk. Tapi sayangnya kematangan ini seringkali hanya imitasi, kematangan kulit yang sebetulnya buahnya masih mentah. Hal ini dikhawatirkan meletupkan kebingungan, memunculkan keinginan yang tidak-tidak namun sebenarnya kedewasaan dan kesiapan belum mencapai maksimum.
Dikhawatirkan, khawatir, mengkhawatirkan, itu semua sebetulnya bukan tentang mereka, bukan teman-teman saya, tapi tentang SAYA. Inbalance dalam diri saya diperparah oleh ambisi saya sejak kecil untuk menikah muda –entah ambisi ini memperparah atau malah menolong. Ya saya harap hal tersebut membuat saya secara pribadi menjadi lebih matang, setidaknya karena ini memang ambisi saya sejak lama, bukan semata-mata produk dari pembentukan karakter.

Namun, keseimbangan itu secara natural ternyata membaik, ketika ternyata pacar saya pun begitu, tidak ingin terlalu lama membuang waktu dengan pacaran, dan hebatnya lagi, ibu saya tak hentinya akhir-akhir ini meminta secara langsung ataupun tersirat agar saya segera memikirkan ke arah sana, dan tidak berlama-lama pacaran. These things makes me feel like, for Godsake, I wanna shake this world’s hand if I could. Saya seperti berdamai dengan dunia. Ia memberikan kesempatan kepada saya, agar secara sadar mengejar ketimpangan antara letupan keinginan saya dengan kesiapan mental yang saya yakin belum baik. Agar saya segera berdamai dengan teknik pebentukan karakter dalam profesi saya yang kadang terasa begitu menghakimi.

Setiap perempuan, saya yakin dituntut menjadi dewasa lebih cepat untuk menghadapi hal-hal unpredictable dalam hidupnya. Mungkin untuk hal tersebut, saya, dan teman-teman lainnya, harus mulai berusaha menerima semua proses ini dengan juga ikut berusaha untuk menyeimbangkan inbalance tadi. Kita tidak pernah tahu, apakah menikah muda atau hal angker lainnya yang mungkin terjadi adalah karena kita yang memikirkan dan merencanakan hal tersebut terlalu cepat atau ini memang hal yang Tuhan takdirkan untuk kita. We never know, and never be allowed to know for sure. This will always be God’s bussines. :D

Simplicity of future

I wanna know for sure about the sense of  FUTURE.

Future is mystery, at least half of me is still trying hard to find my best way in getting there. Let say, sejak kecil dulu, gue pergi ke sekolah untuk mengejar cita-cita. Kemudian melanjut ke SMP dan SMA juga dengan alasan yang belum berubah, yaitu untuk mengejar cita-cita, mendapatkan masa depan yang sesuai cita-cita. Dunia sekolah selama 12 tahun tentu mencetak dengan rapi di ruang-ruang kepala gue tentang arti cita-cita, tentang arti masa depan. 

Gue sempat berkali-kali berganti cita-cita sejak kecil. Okey, mungkin ini berkaitan sangat erat dengan kompleksitas pemikiran seseorang yang berkembang terus, berbanding lurus dengan berjalannya waktu. Saat kita kecil, semuanya tampak begitu simpel, namun naif bila kita lihat ketika kita sudah dewasa. Dengan tanpa beban, seorang anak kecil dapat dengan lantang berkata: AKU INGIN JADI ASTRONOT. Baginya astronot adalah cita-citanya, dia hanya berpikir ketika ia besar nanti ia akan pergi ke bulan. But when he get mature, he will ask him self : HOW TO BE AN ASTRONOT? Ya, sederhananya, kita akan lebih berpikir mengenai 'bagaimana' ketika kita semakin dewasa.

Kompleksitas berpikir akan berkembang seiring usia -seharusnya, dan seringkali ini merepotkan. Jujur gue katakan, ketika merasa lelah dengan hari ini, gue hanya ingin  menjadi little ana berusia 4 tahun yang setiap hari merasa cukup bahagia hanya dengan bermain ayunan di teras rumah, atau cukup merasa bangga dengan berhasil menggambar seorang putri di kertas kusam. Namun, kalaupun bisa, pertanyaannya adalah :haruskah gue yang sudah hampir 20 tahun ini mengalami proses pendewasaan dalam hidup gue sebanyak dua kali? Tentu saja, dengan tegas gue katakan tidak. Ketika hari ini gue merasa diri gue terlalu kurang disana-sini, merasa gue masih sangat jauh dari keberhasilan yang bahkan sederhana, ketika gue menemukan ceceran kesalahan yang gue lakukan dibelakang langkah gue, dan gue menyesali semuanya, ini adalah konsekuensi dari komitmen diri gue sendiri ketika kecil dulu bahwa gue ingin berhasil. Keberhasilan yang ketika kecil dulu tampak sangat simpel dan sederhana. Dan setelah gue dewasa, setidaknya setelah usia gue almost twenty, dengan kempleksitas pemikiran yang berkembang kemudian menemukan ketidaksempurnaan ada dimana-mana, tentu gue akan berontak, dan mempertanyakan: akan jadi apa gue? Gimana dengan masa depan gue?

Gue sempat berkali-kali ganti cita-cita sewaktu kecil. Cita-cita pertama gue adalah jadi sarjana hukum, gaya banget ya? Ini hanya influence dari bokap. Agak besar sedikit, ketika idola berubah, jadilah gue ingin menjadi guru, sepeti ibunda guru yang sangat baik hati. Cita-cita ini bertahan agak cukup lama, mungkin sampai gue SMP. Ketika itu, gue mulai memahami kaitan antara cita-cita, profesi, dengan materi. Empatbelas atau limabelas tahun, waktu dimana gue mulai memahami tentang materi, uang, tentang ketika kita menjadi apa maka darisana kita akan mendapatkan apa. Secara wajar itu berkembang begitu saja, hingga gue SMA. Mungkin 3 tahun SMA adalah masa pendewasaan terkebut yang gue alami sepanjang hidup gue. Dibungkus pakaian putih-abu gue mulai mengerti bahwa bukan uang yang berada dibalik cita-cita, tapi keinginan yang kuat dalam diri kita yang akan direfleksikan kedalam masa depan kita itulah cita-cita, idealisme yang realistis, itu saja. Sederhananya, menjadi tidak masalah ketika hari itu gue bermimpi  hanya menjadi  seorang ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak-anaknya dan sukses mendampingi suaminya. 

Sejak saat itu, gue merasa bahwa kesederhanaan arti cita-cita ketika kita kecil dulu sebenarnya tidak terlalu naif. Ini justru menunjukkan sebuah kejujuran yang mendasar, bahwa secara alamiah seseorang hanya ingin bahagia dalam kehidupannya. Bahagianya itu, mungkin dengan menjadi astronot, menjadi dokter, menjadi presiden, atau hanya menjadi ibu rumah tangga (semoga semua orang setuju untuk menghapuskan kata hanya). Dan ya memang betul, melalui jalan yang kini tengah gue tempuh, let say, hari ini gue tengah menjalani hari-hari gue sebagai mahasiswa di jurusan kebidanan, ya melalui jalan inilah gue ingin mencapai kebahagiaan itu. Bukan, cita-cita gue bukan menjadi bidan. Tapi gue ingin bahagia, dan biarlah gue meyakini bahwa jalan ini adalah rute menuju kesana. 

Melalui ketidaksempurnaan yang hari ini gue temui disana-sini, menyadari berbagai kesalahan yang sudah gue bikin dengan sempurna selama 20 tahun ini, akhirnya gue menyadari bahwa menggapai cita-cita tidak semudah mencetuskannya ketika kita kecil dahulu. Pemikiran akan 'bagaimana' yang kadang agak merepotkan, sebenarnya memang di desain untuk dibangun di kepala manusia dewasa agar mereka terus berpikir dan berusaha dengan keras. Untuk gue, meskipun gue nggak pernah bercita-cita terlalu tinggi, hari ini adalah saatnya untuk do hardest untuk masa depan gue. Twenty untill twenty something, adalah usia dimana kematangan seseorang diuji, salah satunya melalui keteguhan dalam mengejar mimpi dan cita-cita untuk masa depan, dan bagaimana ia bertahan memisahkan cita-cita dengan ambisi yang kadang samar.

Jadi sebenernya apa itu masa depan? Mengapa semua orang, termasuk gue begitu sibuk mempersiapkannya  dengan sesempurna mungkin? Everyone has authority to make the sense of that by their own words, tapi dimata gue, masa depan adalah saatnya gue bersyukur atas rangkaian kehidupan yang telah gue lalui, dan saat itu seharusnya cita-cita gue sudah dalam genggaman. Tapi yang terpenting adalah, future is the moment when we realize that everything's happenned in our life is our true life, and it has to be. Kejujuran kita memandang cita-cita ketika kita kecil akan membekas pada saatnya, dan setiap keringat kita yang menetes untuk langkah demi langkah dalam mengartikan kata 'bagaimana' juga akan terkenang begitu indah nanti. Percayalah, we'll get what we really deserve. 

Mungkin keyakinan inilah yang harus dimiliki setiap orang yang tengah menggapai cita-citanya. Kembalilah seperti anak-anak yang begitu jujur dan sederhana dalam memandang cita-cita, masa depan dan kebahagiaan, namun dewasalah untuk mengejar itu  semua yang notabene tidak mudah, dengan bijaksana, maka nanti, di masa depan yang kita kejar itu, kita akan bersyukur dan ikhlas. 



Chef Abdan Syakuura, ST... :)

Saya menemukan bakat baru dari pacar saya, yaitu memasak.

Hal ini mulai terkuak sejak dia berdomisili di Sydney, Australia. Disana karena harga masakan siap saji yang terhitung mahal dan rawan akan pork, akhirnya dia terpaksa memasak untuk memenuhi kebutuhan perutnya, mengingat dirinya harus irit dalam mengalokasikan uang sakunya. Awalnya saya sanksi setengah mati bahwa kebiasaan memasaknya itu akan bertahan lama. Saya pikir, palingan satu dua minggu dia ngga tahan dan beralih dengan beli masakan jadi yang semurah mungkin.

Seminggu berlalu, dia bercerita dengan sangat heboh tentang masakan-masakannya yang dia bilang sih rasanya enak. Walaupun masih berkisar antara olahan telur dan tumisan sederhana saja, tapi saya salut karena dia masih tetap memasak. Dia sempat mengganti status di facebooknya, isinya kurang lebih dia bercerita tentang tangannya yang bau bawang sehabis masak, dan ia menulisnya dengan bangga. Hati saya tergerak, hahaha, akhirnya saya mengirimkan beberapa resep masakan simpel yang mungkin bisa diaplikasikan disana. Ya nggak jauh dari olahan  tumisan, telur, dan daging, yang penting kebutuhan karbo, protein, mineral dan seratnya terpenuhi dengan paduan olahan yang simpel dan mudah. Sejujurnya, saya menunggu minggu depan dia menyerah dan bilang: " Sayang, aku capek masak."

Tapi lagi-lagi saya salah. Hari-hari berikutnya di minggu kedua, ketiga, keempat, bukan cuma sekali dua kali saya mendengar dia bilang : " Sayang, aku masak dulu ya, nanti aku telepon lagi", atau, " Sayang, aku kangen kamu nih..., aku baru selesai masak lho..." Hellooo, kok rajin amat pacar saya masak? Menurut dia, roommate nya memang nggak bisa masak, makanya salah satu hasil pembagian tugas di rent house nya adalah dia memasak. Tapi yang saya heran, kok dia kayak menikmati amat job barunya itu? Bahkan dia lebih sering cerita tentang masakaannya dibanding perkembangan proyek penelitiannya. Noh, saya kan jadi curiga.

Yang paling mencengangkan adalah, kemarin sore saat saya sedang tidur tiba-tiba handphone saya berbunyi, ada sms dari dia, isinya kurang lebih begini: "Yank, kalo bikin perkedel itu kentangnya direbus ya? sampe seberapa mateng?" Dalam nyawa yang masih setengah saya jadi bertanya-tanya, saya pacaran sama chef ya? Tapi sejak kapan saya putus saya pacar saya yang calon engineer itu? Saya jadi tertawa sendiri. Akhirnya saya balas agak panjang agar usahanya membuat perkedel malam itu berhasil.

Malamnya, saat lagi chat, lagi-lagi yang dia bahas adalah masakannya. Katanya, perkedelnya enak, tapi sayang bikinnya ribet. Dia juga sempet cerita bahwa tetangganya seorang French, suka banget sama perkedel bikinannya. Wew, saya mulai merasa tercengang, dan ehm, tersaingi. Secara, saya yang perempuan saja masih belum mahir-mahir amat masak. Ngejokes lah dia, nawarin saya perkedelnya itu, saya bilang saya nggak mau, karena jujur sih saya masih meragukan keenakan perkedelnya. Ah, apapun masakannya pokoknya!

Dulu sebelum dia berangkat, kesamaan keahlian kita yang selalu kita kompetisikan adalah menghabiskan makanan, berebut nasi tambahan di rumah makan padang, dan berebut sop buah Pak Ewok, tapi prediksi saya setelah dia pulang, akan ada kompetisi baru diantara kita: KOMPETISI MEMASAK! Dan sepertinya kemenangan saya terancam, mengingat keahliannya masih akan sangat terasah dalam 4 bulan kedepan. Hmm, ya sudahlah, bukan hal memalukan juga sih kalo nanti saat dia lulus sebagai engineer dia dapet ijazah tambahan sebagai chef.

Chef Abdan Syakuura, ST. Sounds good, right?

malam dan dia.

aku suka malam dengan segala keindahannya
hening yang mencekam erat
dingin yang memeluk rapat
kantuk yang menggoda tak bisa didebat
dan lelah raga yang disangkalpun tak sempat

aku suka malam dengan segala kesunyiannya
sepi dunia tak ada nada
terbungkam mulut tak ada suara
bunyi terbekap diam tak kuasa
dan udara hanya bergesek ragu menyapa

aku suka malam, malam ini tepatnya
kukenang wajahnya 6 jam lalu
kuingat senyumnya sedikit sayu
namun mengingatnya membuatku tak sedikitpun layu
dan cintaku kepadanya penuh tanpa ragu

aku suka malam, terlebih ketika bersama dia
dia dan malam yang menyatu ditengah siluet cahaya lampu jalanan
dia dan malam yang berpadu menjadi angin yang menggebu tak tertahan
aku suka malam, dan sungguh aku cinta dia
Ditulis: Juli 2009, mengenang satu momen bersamamu dulu

The Beautiful of Finding

Well, ini mungkin akan menjadi pekerjaan yang sulit. Karena menulis tentang cinta adalah seperti berlatih memetik senar-senar gitar, apik dengan porsi yang pas, jika terlalu rapi dan hati-hati maka essensi musikalnya akan hilang, jika tidak malah tidak akan menghasilkan melodi sempurna.

Basicly, menulis tentang cinta, tidak harus selalu musikal. Tapi entah kenapa, ada beat dan ketukan berirama menemaniku diam-diam di dalam relungku ketika aku musti menulis barisan kalimat tentang mencinta. Sehingga aku berharap, ini bukan menjadi narasi tentang bagaimana mencari, tapi aku ingin ini mampu menjadi seperti sebuah melodi yang menutur indahnya menemukan potongan hati yang disiapkan Tuhan entah di belahan mana, untuk kita tangkupkan dengan milik kita, menjadi sesuatu yang utuh.

Aku, sejujurnya, sedang jatuh cinta pada seseorang. Mungkin tepatnya sejak dulu aku sudah jatuh cinta padanya, tapi setiap hari-hari kemudian yang aku lalui bersamanya menjadi semacam kado ulangtahun yang tidak ada habisnya. Cinta yang diurainya dengan sederhana, seperti soal-soal rumit trigonometri yang tercetak rapi  di atas lembar-lembar ujian, yang membuatku selalu ingin mengisinya dengan sempurna,  tanpa cacat. Dan aku mengisinya. Menikmatinya. Hari demi hari, minggu demi minggu, sampai hari ini. Soal-soal itu merubah bentuk menjadi tantangan-tantangan menyenangkan yang musti aku taklukan. Setiap hari ia menawarkan cintanya tanpa pernah habis, membuat aku jatuh cinta kepadanya, setiap hari. Tanpa celah.

Adalah misteri bagaimana ia menemukan caranya yang prodigious itu, ia tampaknya telah menemukan kunci rahasia dari sebuah ruangan yang berisi semua hal yang aku suka. Ia tawarkan padaku hari ke hari, dan aku menerimanya. Lagi dan lagi, kemudian tak sanggup menunggu lebih lama, aku terus memintanya, dan ia memberinya lebih banyak lagi. Tapi misteri itu berlanjut, karena ternyata semua itu tak pernah ada habisnya. Tak satupun cerita legendaris tentang cinta sejati, mampu mengubur cerita tentangnya di benakku. Ia seperti penghuni bulan dan secara berkala menggali lalu membawa semua perkakasnya ke bumi, merakitnya, menjadikannya sebuah kejutan yang tak biasa.

This is what I called as, the beautiful of finding. Menemukannya adalah membuka pintu kebahagiaan. Menjabat tangannya sama saja mengucapkan selamat datang pada perjalanan menuju kesempurnaan.  Menatap matanya serupa menikmati bulan seperempat yang cahayanya bersahabat dengan retina. Menemukannya, secara definitif, adalah menemukan potongan hatiku yang Tuhan sisipkan dalam rongga dada seseorang, untuk kemudian aku tangkupkan secara rapi dengan milikku, menjadikannya sempurna.

Menemukannya adalah menyempurnakan aku. Ia membuatku tertawa bahkan untuk hal yang tidak terlalu humor. Ia membuatku berteriak keras-keras dengan bersemangat ketika diam-diam ia menuangkan bahan bakar kedalam jiwaku. Ia membuatku tertegun, ketika ia berdiri begitu dekat denganku dan membisikan dengan halus tentang rencana besar hidupnya, yang dengan begitu sederhana dan persisinya, ia ingin habiskan hanya denganku, dan memodifikasinya menjadi rencana besar hidup kami. Dan ia membuat tangisku menjadi benar-benar meleleh haru, ketika ia mempersilahkan aku terbenam dalam dirinya, mendekapku dengan wajar,  menyamakan detak jantung kami, merasakan kembang kempis nafas kami. Bersama.

Jika memang mencintai adalah menjadikan semua sempurna, aku tidak ingin kesempurnaan itu segera kurengkuh. Karena aku mencintai setiap langkah menuju kesana, aku menikmati caranya menuntunku menemukan kesempurnaan. Aku, dengan begitu mudahnya, selalu saja dibuat jatuh cinta pada caranya mencintai aku. Iitulah kesederhanaan jiwanya, memberi dan terus memberi, selalu mengulurkan tangannya dengan ringan, menyembulkan 'kado' dari balik kantong celananya, membuka tangannya untuk membiarkan aku membenamkan tubuhku kepadanya, menemaniku menyusuri langkah-langkah penuh kegilaan,dan diam-diam membersihkan satu demi satu anak tangga untuk menuju kesana. Ke suatu tempat dimana aku dan dia, selalu bermimpi bersama akan menghuninya dalam kesempurnaan yang sederhana.
 

Abdan Syakuura, semangat disana nggak boleh menipis, setelah aku pikirin pembicaraan kita semalam, aku memutuskan, aku mau dan aku akan seoptimis kamu, aku akan ikut rencana besarmu.. Jadi, there's no more reason for you to delay your homecoming..

Semoga ini adalah anak tangga kesekian untuk menuju kesana. Semoga ini salah satu caramu menuntunku menuju kesempurnaan yang sederhana itu.

Selamat Ulang Tahun, Malaikatku!

Besok, 19 Oktober, malaikatku berulang tahun.

Mungkin baginya, ini tidak akan menjadi hal yang teramat penting. Buatnya, besok hanya akan jadi hari yang biasa saja, bangun paling pagi, menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, lalu membereskan rumah. Ketika siang datang, ia akan duduk di teras rumah bersama ayah, bersenda gurau sambil ditemani secangkir kopi, disusul dengan saling mencari uban, yang mungkin saja, di setiap siang dari hari ke hari bertambah banyak jumlahnya.

Aku menghitung, besok usianya akan menjadi 46 tahun. Tidak muda lagi memang, tapi ia tetap tampak begitu cantik dimataku. Raut wajahnya yang hangat, tidak pernah berubah sejak aku mampu mengingat wajahnya untuk pertama kali sampai hari ini. Hari ini, ketika akhirnya aku sudah berjalan cukup jauh, saat aku bukan lagi Ana kecil. Saat aku bukan lagi si kecil yang setiap hari ia mandikan, ia antar ke sekolah, lalu  ia suapi makan siang. Bukan lagi Ana mungil yang menangis ketika tidak bisa mengerjakan PR matematika, atau ngambek bila tidak boleh memakai raket pembunuh nyamuk di siang hari. Ketika aku tidak lagi ingin membangunkannya begitu pagi saat ujian, memintanya membuatkan coklat panas, lalu merengek untuk ditemani belajar di sofa ruang tengah.

Malam ini, tepat ketika jari-jariku bergerak diatas keyboard laptop silverku, aku merasa ada kerinduan pada masa-masa itu. Aku rindu ia mandikan, ia suapi, ia antar ke sekeloah. Aku ingin mengulang saat-saat dimana ia membuatku menangis, tapi sekaligus membuatku mengerti bahwa siang hari adalah saatnya aku istirahat, bukan menangkapi nyamuk dengan raket stroom. Aku rindu melihatnya tertidur di pagi buta, setengah lelap di sofa gading ruang tengah, berselimut hangat, menemaniku mengerjakan satu demi satu soal untuk ujian. Aku rindu masa-masa itu. Namun, keberadaanku hari ini, disini, lebih dari separuh penyebabnya adalah, karena aku ingin membahagiakannya lebih dari apapun. Aku ingin suatu hari ia bisa tersenyum karenaku. Aku ingin segera menuntaskan episode-episode dimana airmatanya jatuh begitu saja tak tertahankan hanya karena aku, ketika amarahnya hampir meluap tak tertahankan juga karena kesalahanku.

Ibu adalah psikolog terbaik. Ia tahu bagaimana memperlakukan aku dan kedua saudaraku yang karakternya berseberangan, namun mampu membuat kami menerima sikapnya sebagai kasih sayang yang sama rata. Ia paham betul cara membangkitkan semangatku saat aku down, ia tahu cara memarahiku ketika aku keluar jalur. Ia akan menyiapkan teh manis hangat, setiap kali aku merasa mood-ku tidak baik, itu adalah bukti keahliannya membaca isi hatiku. Dan ia tahu pasti ketika aku tengah jatuh cinta, ia menafsirkan senyumku dengan persisi.

Jika aku harus bertanya kepada ayah, tentang rasa dan asa yang tumbuh bersama ibu selama 25 tahun ini, aku yakin ayah hanya akan mampu untuk diam. Karena keberadaan ibu dalam keluarga kecil kami, adalah anugerah terbesar yang bahkan tidak ada satupun kosa kata yang mampu menggambarkannya, tidak juga untaian kalimat yang teramat panjang mampu menjelaskannya. Hanya kami, orang-orang beruntung yang selalu melihatnya tersenyum setiap hari, yang bisa mengerti dalam hati akan anugrah ini.

Kalau aku besok mengucapkan selamat ulang tahun, aku yakin ia tidak akan terlalu excited. Aku yakin, sekali lagi, besok akan ia jalani seperti biasa.

Tapi bagiku, besok tetap hari yang istimewa. Karena pada dasarnya, setiap hari yang menurutnya biasa saja pun, adalah istimewa buatku. Karena aku tahu, ketika ia bangun tidur, sebelum menyiapkan sarapan, ia akan ke kamar mandi, tanpa memanaskan air, mengambil wudhu untuk shalat shubuh. Dalam shalatnya kemudian, aku tahu tak putus-putus doa yang ia panjatkan dalam sepi, untuk kesehatan bagi suami dan anak-anaknya, untuk iman yang selalu ia harap dikaruniakan kepada keluarganya, untuk kemudahan dan kelancaran bagi jalan yang ditempuh oleh anggota keluarga kecilnya, oleh suaminya: ayahku, dan oleh ketiga putrinya: aku dan kedua saudaraku. Besok, seperti tahun sebelumnya, aku yakin ibu akan bergurau dan merajuk kepada ayah, minta diberi hadiah. Tapi ketika ayah balik bertanya, ibu hanya akan terbahak lepas. Memang tidak ada yang ia inginkan, selain kebahagiaan bagi kami, keluarganya. Tidak ada yang lebih ia harapkan, selain melihat ketiga putrinya suatu hari akan memetik keberhasilan, keberhasilan yang sesungguhnya tidak rumit. Bukan kekayaan, bukan kemapanan. Ia hanya ingin kami hidup seutuhnya sesuai dengan hakikat hidup seharusnya, sesuai dengan tujuan hidup yang sudah ditetapkan.

Happy Birthday, Mom...
Selalu ada doa mengalir untuk yang terbaik untukmu..
I Love you so much...

Perempuan, mari cerdas atasi PMS!


Buat para perempuan, merasa nggak mood atau emosional ketika menjelang haid mungkin sudah menjadi rutinitas setiap bulannya. Selain itu, bagian-bagian tubuh tertentu terasa sakit kalau tersenggol sedikit saja. Yang agak mengganggu, biasanya mulai hiper sensitif, males ngapa-ngapain, pinginnya marah-marah mulu. Nah yang terakhir ini mungkin nggak hanya dirasakan oleh perempuan, tapi juga kaum laki-laki (baca: para pacar) yang biasanya rutin kena semprot tanpa alasan yang jelas. Hmmmm, inilah yang di sebut PMS, atau premenstrual Syndrom. Yuk, mari kita cari tahu sebenarnya makhluk macam apa sih PMS itu?

Sindrom pramenstruasi (Bahasa Inggris: premenstrual syndrome, PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Gejala tersebut dapat meliputi keluhan fisiologis yang menyerang segala sistem tubuh maupun gejala psikologis yang mencetuskan masalah mental dan emosional. PMS terutama sering terjadi pada wanita dalam rentang usia 18 - 45 tahun. PMS sebagai suatu gangguan umum yang terjadi pada wanita terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi dan berdampak pada jutaan wanita selama masa reproduksi mereka.

 Penyebab pasti munculnya sindrom ini memang belum jelas, tapi faktor hormonal pada tubuh wanitalah yang dipandang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya PMS. PMS adalah akibat dari kurang sempurnanya proses ovulasi yang disebabkan ketidakseimbangan hormon. Ada sejumlah teori mengenai penyebab PMS ini, yaitu :
  • Faktor hormonal, yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
  • Estrogen Dominan (hormon estrogen yang berlebihan) yang selain karena faktor internal juga bisa karena xenoestrogen - estrogen yang berasal luar tubuh seperti produk peternakan modern, pestisida, plastik, karpet, dan lain sebagainya (Dr. John R. Lee, M.D).
  • Teori lain menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, respon PMS  disebabkan cara estrogen dan progesteron (hormon menstruasi) berinteraksi dengan senyawa kimia otak (serotonin)
  • Perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
  • Berhubungan dengan hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal / hypothyroid)  
  • Berhubungan dengan hormon pituitari, prostagalandin, dan neurotransmitter di otak
  • Karena kurang asupan vitamin B, Kalsium dan Magnesium
            Adapun faktor yang dapat meningkatkan resiko PMS adalah sebagai berikut:
  • Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima)
  • Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum)
  • Usia (PMS semakin sering dan mengganggu seiring dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun)
  • Stres
  • Terlalu banyak konsumsi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, serta makanan olahan
  • Kekurangan zat-zat gizi vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.
  • Kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Kurang olahraga dan aktivitas fisik
  • Obesitas
 Tanda dan gejala yang muncul pada kondisi sindrom pre-menstruasi berbeda pada setiap wanita. Telah diidentifikasikan ada 180 gejala umum PMS yang meliputi gejala fisik maupun psikis, tapi yang paling sering dilaporkan adalah:

Gejala Fisik

Gejala Psikis dan Tingkah Laku
  • Sakit kepala/Migrain
  • Payudara nyeri/bengkak/keras
  • Letih/lelah/lesu (Fatigue)
  • Gangguan tidur (Insomnia)
  • Perut kejang/kembung
  • Diare/sembelit
  • Sakit kepala
  • Sendi atau otot lemah/lemas
  • Sakit punggung
  • Timbul jerawat
  • Kram pada kandung kemih
  • Pembengkakan tungkai kaki dan lutut
  • Tungkai kaki/lutut membengkak
  • Berat badan naik
  • Perubahan nafsu makan, nafsu makan meningkat (khususnya jenis makanan yang manis, asin) atau menurun
  • Mudah tersinggung/marah, mood berubah-ubah
  • Menangis tiba-tiba
  • Perubahan libido
  • Konsentrasi dan daya ingat menurun
  • Cemas, depresi,  agresif
            Nah, penting untuk kita ketahui cara pencegahannya. Pencegahan PMS dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
•    Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing),   alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
•    Kurangi rokok atau berhenti merokok.
•    Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
•    Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
•    Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
•    Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
•    Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
•    Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
•    Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
      Di samping diet, ada pula beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah munculnya PMS:
•    Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
•    Menghindari dan mengatasi stres.
•    Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
•    Catat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS-nya.
            Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana cara untuk menyembuhkan PMS apabila tindakan pencegahan tidak berhasil, namun cukup banyak wanita yang dapat mengatasi PMS dengan cara mengatur pola makan mereka. Hal tersebut diyakini karena makanan dapat mempengaruhi tingkat hormon estrogen yang terkait dengan menstruasi. Selain itu, olahraga juga dapat dilakukan untuk meringankan sakit akibat kram dan meningkatkan mood. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pola makan:

Karbohidrat
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang, dan roti dapat membantu meringankan gejala PMS, terutama berkaitan dengan mood. Karbohidrat diyakini dapat meringankan PMS karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan tingkat gula darah. Hal itu menguntungkan karena ketika kadar gula darah turun, maka tubuh akan mengeluarkan adrenalin yang dapat menghentikan efektifitas hormon progesteron sehingga meringankan PMS.
Vitamin B6
Mood yang terjadi selama periode PMS disebabkan oleh menurunnya produksi hormon serotonin dan dopamine. Walaupun belum ada penelitian yang mendukung teori tersebut, diketahui bahwa wanita yang mengonsumsi vitamin B6, yang terlibat dalam produksi serotonin dan dopamine, dapat membantu proses produksi kedua hormon tersebut. Vitamin B6 dapat ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, telur, dan sereal.
Mineral
Mineral seperti seng dan magnesium sangat penting dalam produksi serotonin dan dopamine. Hormon tersebut dapat membantu meringkankan gejala PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan. Seng banyak ditemukan dalam berbagai makanan seperti seafood, sereal, gandum, dan sebagian besar makanan yang kaya protein seperti daging dan produk susu. Sedangkan magnesium ditemukan dalam kacang, ikan sarden, dan roti.
Minum air
Jika terjadi kembung selama periode PMS, sebaiknya menghindari jus buah karena jus buah dapat meragi di dalam perut dan justru akan memperburuk kondisi. Minumlah banyak air (minimal delapan gelas per hari) untuk membersihkan sistem pencernaan, menyebarkan vitamin dan mineral ke seluruh bagian tubuh, dan memproduksi enzim pencernaan yang membantu melunakkan serta memproses makanan.

      Nah ternyata, PMS juga terdiri dari beberapa tipe dengan gejala yang berbeda-beda.Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
·         PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
·         PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
·         PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
·         PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
  
     Nah, setelah tahu penyebab dan bagaimana menangani PMS, semoga perempuan bisa lebih cerdas menangani gejala fisik maupun psikologis yang sebetulnya seringkali mengganggu. Kasihan juga kalau orang-orang sekitar kita harus berhati-hati setidaknya sebulan sekali utnuk mengantisipasi perubahan mood yang tiba-tiba dari kita. Mari menjadi perempuan yang cerdas!


Sumber:
Satyanegara, Surya, Tubuh Wanita Modern. 1993. Arcan: Jakarta.
Kardu, Dini Dra, M.Kes. Solusi Problem Wanita Dewasa. 2005. Puspaswara: Depok.
http://www.hanyawanita.com/_health/article/available at:October24/2009/